TRIBUNNEWS.COM - Tewasnya Komandan Pasukan Quds, Qasem Soleimani akibat serangan Amerika Serikat, pada Jumat (3/1/2020) berdampak pada keputusan pemerintah Iran yang akan mengabaikan kesepakatan nuklir.
Kesepakatan tersebut dibuat pada tahun 2015 dengan berbagai kekuatan di dunia.
Pemerintah Iran akan mengabaikan beberapa poin dari perjanjian tersebut.
Satu di antaranya yang mencegah Iran untuk mempunyai bahan yang cukup untuk membangun senjata atom.
Seperti dikutip dari aljazeera.com, keputusan tersebut diumumkan pada hari Minggu.
Meski demikian, melalui siaran televisi negara, Iran menegaskan tetap membuka perundingan dengan mitra-mitra Eropa.
Beberapa pemimpin memberikan tanggapan terkait keputusan Iran tersebut.
Yakni para pemimpin Prancis, Jerman, serta Inggris.
Ketiga pemimpin negara itu, dikutip dari aljazeera.com mendesak Iran agar dapat mematuhi peraturan.
"Kami menyerukan pada Iran untuk menarik semua langkah yang tidak sejalan dengan perjanjian nuklir," ucap ketiga pemimpin tersebut yang dikutip dari aljazeera.com.
Ketiga pemimpin tersebut adalah Konselor Jerman, Angela Merkel, Presiden Prancis, Emmanuel Macron, serta Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.
Siaran TV Pemerintah Iran juga menampilkan pernyataan dari staf Presiden Hassan Rouhani yang menuturkan negara tidak akan mematuhi pembatasan dalam memperkaya nuklir.
Tidak hanya itu, pihak parlemen Iran juga menyerukan untuk melakukan pengusiran terhadap pasukan asing dari Iraq.
Masih dikutip dari aljazeera.com, parlemen meminta pada pemerintah untuk mengakhiri pasukan asing yang berada di Iraq.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam rapat parlemen luar biasa, Minggu (5/1/2020).
Parlemen Iran juga meminta untuk membatalkan permintaan bantuan dari koalisi pimpinan Amerika yang bekerja sama dengan Baghdad.
Bantuan dibutuhkan dalam melakukan perlawanan dengan Negara Islam Irak dan Syam atau Islamic State of Iraq an the Levant (ISIL).
Tidak hanya itu, Dikutip dari mirror.co.uk, Pemerintah Iran melakukan penawaran bagi yang dapat membunuh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.
Nantinya akan diberi hadiah sebesar 80 juta dolar Amerika atau sekitar Rp 1,1 triliun.
Tewasnya komandan pasukan Iran membuat anggota parlemen mengungkapkan rencana balas dendam.
Anggota Parlemen Iran, Abolfazl Aboutorabi menuturkan dapat menyerang Gedung Putih sendiri.
Gedung Putih dikenal sebagai Istana Kepresidenan Amerika Serikat.
"Kita dapat menyerang Gedung Putih sendiri, kita dapat menggapai mereka di tanah Amerika," ungkap Abolfazl yang dikutip dari mirror.co.uk, pada Minggu (5/1/2020).
"Kami memiliki kekuatan dan kita akan membalas di kesempatan yang tepat," lanjutnya.
Abolfazl juga menuturkan hal tersebut merupakan deklarasi untuk perang.
Yang memiliki arti apabila Anda ragu, maka akan kalah.
(Tribunnews.com/Febia Rosada Fitrianum)