Sebagian dikirim ke Lebanon.
Tak kurang 70 aksi demonstrasi digelar di seantero AS, menolak perang terbuka AS vs Iran. Massa di Abuja, Kashmir, Yaman, Lebanon, Suriah, menggelar aksi protes atas pembunuhan Qassem.
Terkait dampak krisis Iran ini, ekonom dan pendiri Pusat Penelitian Kebijakan Ekonomi di AS, Dean Baker, menunjukkan gejala aksi ambil untung di pasar saham.
Menariknya, saham Lockheed Martin naik lebih dari dua persen dan Northrop Grumman hampir empat persen pada Kamis, siang sebelum pembunuhan Soleimani terjadi.
Artinya, aksi borong saham industry militer AS ini terjadi sebelum operasi pembunuhan ekstra yudisial atas pahlawan Iran dilakukan.
"Sepertinya banyak orang harus masuk penjara," kata Dean Baker menunjuk indikasi terjadinya “insider trading” saham.
Baker seperti dikutip Mintpress, memberi contoh skandal saham beberapa waktu lalu, ketika perusahaan-perusahaan farmasi menahan obat-obatan untuk masyarakat demi keuntungan.
Menurutnya, penerima manfaat terbesar dari perdagangan saham yang tidak adil umumnya politisi, yang mengetahui lebih awal berbagai kemungkinan dari krisis politik di dalam maupun luar negeri.
Profesor Alan Ziobrowski dari Georgia State University menemukan banyak anggota DPR AS mendapatkan keuntungan tidak normal pada saham mereka, atau yang berafiliasi.
Para senator yang berada di Kongres dan memiliki kedudukan lebih tinggi daripada anggota DPR, juga mendapatkan keuntungan jauh lebih baik.
Ini menunjukkan praktik gurita bisnis politik dan senjata di AS yang saling menguntungkan di antara pelaku-pelakunya.
Secara politik, gerakan populisme sayap kanan menurut Alan Ziobrowski sangat menguntungkan bagi produsen senjata.
Meskipun menampilkan dirinya sebagai kandidat anti-perang, Trump meningkatkan anggaran militer secara drastic dan memperluas peran AS di tengah konflik Yaman.
Lebih dari setengah pengeluaran keuangan negara digunakan untuk militer.