Kemudian 82 berasal dari Iran.
Sedangkan sisanya Ukraina hingga Afghanistan.
Dilansir Sky News Kamis (9/1/2020), dia mengaku mendapatkan bukti berupa data intelijen baik dari pihaknya maupun sekutu.
"Bukti itu mengindikasikan bahwa pesawat tersebut jatuh setelah ditembak rudal Iran. Mungkin saja tidak disengaja," katanya.
Meski begitu, dia tidak ingin langsung menarik kesimpulan atau menuduh secara langsung, dan menolak menjabarkan detilnya.
Pernyataan yang sama juga disuarakan oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, di mana empat warganya jadi korban tewas.
"Terdapat informasi utama bahwa penerbangan itu dihantam rudal jenis Surface to Air," jelas Johnson dilansir AFP.
Dia melanjutkan, London bakal bekerja sama dengan Kanada dan mitra mereka dalam menggelar penyelidikan yang transparan.
Johnson juga meminta supaya jenazah para korban penerbangan 752 bisa segera diserahkan ke pihak keluarga, agar dimakamkan secara layak.
Sementara Presiden AS Donald Trump mengatakan, dia mempunyai kecurigaan.
"Tetapi, seseorang bisa saja melakukan kesalahan," jelasnya dikutip BBC.
Pesawat Ukraine International Airlines itu jatuh setelah lepas landas pada pukul 06.12, beberapa jam setelah dua pangkalan AS diserang Iran.
Teheran menyatakan dalam penyelidikan awal mereka, pesawat yang mengangkut 167 penumpang dan sembilan kru itu mengalami "keadaan darurat".
Baca: MPR Minta Pemerintah Ambil Sikap atas Ketegangan Amerika-Iran