TRIBUNNEWS.COM - Presiden Amerika Serikat Donald Trump sering mencuitkan rencana maupun tanggapannya terhadap permasalahan negara yang sedang terjadi, satu di antaranya adalah konflik dengan Iran.
Ketika Iran mengalami protes akibat pengkauan salah menembak jatuh pesawat Ukraina, Trump mengecam pemerintah Iran yang menekan dan mengamankan pada demonstran protes tersebut.
Dikutip TribunWow.com, Pakar Hubungan Internasional Teuku Rezaysah melihat apa yang dilakukan oleh Trump sebagai sebuah strategi perang.
Mulanya Reza menjelaskan bagaimana Iran mampu bertahan di tengah embargo ekonomi yang mempersulit kehidupan sehari-hari mereka.
Ia mengatakan apa yang diharapkan oleh Iran saat ini adalah adanya pengganti Trump yang dapat diajak berkompromi dan tidak menyelesaikan masalah melalui aksi militer.
"Harapan Iran adalah Trump segera turun, kemudian nanti digantikan oleh seorang pemimpin baru yang lebih mengerti dan lebih mampu meng-handle (menangani) Iran secara tidak militer," papar Reza di acara 'APA KABAR INDONESIA MALAM' Talk Show tvOne, Senin (13/1/2020).
Strategi Twitter Trump
Kemudian Reza menjelaskan, kondisi psikis Trump saat ini dapat dikatakan akan semakin labil menjelang keputusan voting pemakzulan dirinya di senat yang akan dimulai pada Selasa (21/1/2020).
"Biasanya semakin dekat ke arah tanggal voting di senat, Trump makin dag dig dug, adrenalin dia akan naik turun," ujar Reza.
Reza mengatakan semakin dekat hari tersebut, Trump diprediksi akan semakin sering menggunakan twitter untuk mengeluarkan pernyataan dan respon terkait konflik antara Iran dan AS.