TRIBUNNEWS.COM - Pakar Hubungan Internasional Teuku Rezaysah menjelaskan perkembangan proses pemakzulan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, akan mempengaruhi ketegangan antara AS dan Iran.
Rezasyah menjelaskan ada kemungkinan Trump sewaktu-waktu mengancam Iran berperang karena waktu voting pemakzulan yang kian dekat membuat Trump semakin tertekan.
Dikutip TribunWow.com, mulanya Rezaysah menjelaskan bahwa terbunuhnya Jenderal Qasem Soleimani merupakan kehilangan yang besar bagi Iran.
"Bagi Iran ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menyedihkan, seorang pemimpin kharismatis militer itu meninggal," kata Rezaysah di acara 'APA KABAR INDONESIA MALAM' Talk Show tvOne, Senin (13/1/2020).
Rezaysah mengatakan adanya serangan tersebut ditambah ancaman sanksi PBB, membuat Iran tidak punya pilihan lain selain melawan.
"Pada saat kondisi kritis tersebut, mereka juga melihat tekanan Amerika Serikat sangat berat, misalnya ancaman lewat sanksi PBB lebih lanjut," katanya.
"Mereka tidak ada pilihan lain, karena harga diri sudah jatuh, mereka melakukan serangan lewat peluru kendali secara sangat teroganisir," lanjut Rezaysah.
Ia kemudian menganalisa kekuatan senjata Iran, Rezaysah menjelaskan Iran memiliki kemampuan untuk mandiri pada bidang militer.
"Saya melihat kemampuan Iran untuk swasembada secara militer ini luar biasa," kata Rezaysah.
"Arah tembakannya semakin tepat," tambahnya.