TRIBUNNEWS.COM- Li Wenliang, dokter pertama yang memperingatkan wabah virus corona dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (7/2/2020).
Li Wenliang tutup usia karena terinfeksi virus yang sama.
Pria 34 tahun tersebut ternyata meninggalkan seorang istri yang tengah hamil 5 bulan.
Masyarakat China kini tengah dibuat geram dengan meninggalnya seorang dokter yang dianggap mereka sebagai pahlawan.
Pasalnya, dokter tersebut menjadi orang pertama yang memberi peringatan soal wabah virus corona pada akhir tahun lalu.
Sayangnya, pihak berwenang setempat justru menegur si dokter karena dianggap menyebarkan desas-desus yang tidak jelas.
Mengutip dari South China Morning Post, Li Wenliang dinyatakan meninggal dunia pada Jumat (7/2/2020) pukul 2.58 pagi waktu setempat di Rumah Sakit Pusat Wuhan.
Li dinyatakan positif terinfeksi virus corona pada 1 Februari 2020 setelah menderita batuk dan demam pada 10 Januari 2020.
Masih mengutip dari sumber yang sama, pada Kamis (6/2/2020) malam hingga Jumat (7/2/2020) pagi, media sosial di China dipenuhi dengan tiga tagar soal Li yang menjadi trending seperti "Pemerintah Wuhan berutang permintaan maaf kepada Li Wenliang", "Saya ingin kebebasan berbicara", dan "Kami ingin kebebasan berbicara".
Kemarahan publik bukan tanpa alasan.
Sikap pemerintah Wuhan yang justru menangkap Li saat mencoba memberi alarm wabah virus corona membuat masyarakat geram.
Baca: UPDATE Pasien Virus Corona per Sabtu, 8 Februari 2020: 34.872 Terinfeksi, 1.568 Orang Sembuh
Baca: Viral Foto Kondisi Tangan Dokter yang Teliti Virus Corona di China, Bengkak dan Merah, Kerja 12 Jam
Untuk diketahui, Li merupakan seorang dokter spesialis mata di RS Pusat Wuhan.
Mengutip dari Global Times, Li mendapat laporan adanya pasien yang menunjukkan tanda-tanda virus corona seperti postif SARS pada 30 Desember.
Di hari yang sama, Li kemudian menulis sebuah postingan kepada sekelompok teman sekolah kedokterannya di situs media sosial yang tertutup.
Saat itu, Li menyebut ada tujuh kasus SARS dari pasar grosis makanan laut Huanan.
Tulisan Li bocor hingga diedarkan online pada 31 Desember 2019.
Namun, pada 1 Januari 2020, polisi Wuhan menegur delapan orang lantaran dianggap menyebarkan desas-desus, termasuk Li.
Li ternyata tak berniat untuk menyebar luaskan pesan tersebut.
Dalam pesannya, ia hanya meminta rekan-rekannya untuk mengingatkan anggota keluarga dan orang terdekat.
Saat itu, polisi menangkap Li lantaran tulisannya dianggap tidak faktual dan melanggar hukum.
Selain itu, perilaku Li juga dinilai dapat mengganggu ketertiban umum.
Setelah ditegur polisi, Li kembali bekerja seperti biasa.
Baca: Efektifkah Konsumi Suplemen untuk Tangkal Virus Corona? Ahli Gizi Ungkap Fakta Lain
Baca: Jumlah Korban Terinfeksi Virus Corona di Jepang Capai 86 Orang
Pada tanggal 8 Januari, Li merawat pasien yang menderita glukoma.
Namun saat itum pasien berada dalam suhu tubuh yang normal.
Li mulai batuh pada 10 Januari dan terserang demam di hari berikutnya.
Ia kemudian dirawat di rumah sakit pada 12 Januari.
Menurut laporan media setempat, Li diberi perawatan darurat dengan ECMO setelah jantungnya berhenti berdetak pada Kamis (6/2/2020) sekitar pukul 21.30.
Ia kemudian dinyatakan meninggal dunia pada Jumat pagi.
Li Wenliang seorang anak laki-laki dan istrinya.
Saat ini bahkan si istri tengah hamil lima bulan.
Kemarahan publik membuat pemerintah pusat mengirim tim ke Wuhan untuk menyelidiki masalah tersebut.
(Tribunnews.com/Miftah)