Dikutip dari Al Jazeera, Staf kemanusiaan setempat menyebut, pada Minggu (9/2/2020), kondisi di Idlib memburuk dengan cepat.
Penduduk setempat harus berjuang mengatasi lonjakan pengungsi dari utara dan barat Idlib-Aleppo.
"Situasinya 20 kali lebih buruk daripada tahun lalu," kata Obaida Dandoush yang dikutip dari Al Jazeera.
Pekerja LSM dari Syria Relief and Development itu menyebut, tahun lalu (2019) mereka memiliki 1,2 juta pengungsi.
Untuk diketahui, di perang Suriah ini, pasukan dari pemerintah Suriah tengah berjuang merebut kembali kubu oposisi terakhir di barat laut yang merupakan tempat tinggal lebih dari tiga juta orang.
Data dari PBB, sekira ada 700 ribu orang, wanita dan anak-anak telah melarikan diri sejak pertempuran baru-baru ini semakin meningkat pada Desember 2019 lalu.
PBB menegaskan, perang Suriah ini menyebabkan gelombang besar dan kerugian bagi kehidupan warga sipil.
Situasi Sangat Buruk
Penduduk yang kehilangan tempat tinggal karena ketegangan perang Suriah berbicara kepada Al Jazeera.
Mereka mengkonfirmasi belum menerima bantuan dari Humanitarian organisations.
Sara, janda berusia 38 tahun yang merupakan ibu dari lima anak, dalam wawancara meminta namanya disamarkan, buka suara.
Sara menuturkan, ia melarikan diri ke utara dari Saraqeb, sebelum daerah itu diambil alih pasukan pemerintah Suriah.
Ia tidak menemukan tempat berlindung setelah tiba di Aqrabat, desa yang dikelilingi oleh kamp-kamp pengungsi di perbatasan Suriah-Turki.
"Saya hanya meletakkan tikar di atas tanah di bawah pohon untuk menjadi tempat tidur," katanya.