"Mereka mungkin masih terinfeksi namun bisa jadi mengalami penyakit lebih ringan atau tidak menunjukkan gejala-gejala infeksi," tambahnya.
Baca: Indonesia Dikhawatirkan Karena Belum Terjangkit Virus Corona, Kemenkes Buktikan 59 Sampel Negatif
Kondisi serupa pernah terjadi ketika Sars mewabah di China pada 2003 dan menewaskan sekitar 800 orang (atau 10% dari 8.000 pasien yang terinfeksi). Saat itu, jumlah anak-anak yang tertular relatif sedikit.
Pada 2007, para ahli dari Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), sebuah lembaga kesehatan masyarakat Amerika Serikat, mengidentikasi 135 kasus Sars pada anak. Namun, lembaga itu menyebut "tiada kematian yang dilaporkan terjadi di antara anak-anak atau remaja."
Apakah liburan Imlek melindungi anak-anak?
McDermott menengarai bahwa anak-anak tidak terlalu terekspos seperti orang dewasa karena wabah dimulai saat liburan Imlek—tatkala sekolah-sekolah diliburkan.
Hampir semua provinsi di China memutuskan tetap meliburkan sekolah dan beberapa di antaranya tutup sama sekali pada bulan Februari.
"Orang dewasa amat mungkin bertindak sebagai pelindung atau mengirim anak-anak pergi jauh jika seseorang di rumah terinfeksi."
Dia menilai keadaan bisa berubah mengingat "penyakit semakin menyebar dan ada peningkatan risiko pemaparan di komunitas".
Akan tetapi, penyebaran penyakit sejauh ini tidak dibarengi dengan peningkatan kasus pada anak-anak.
Kembali krisis Sars menyediakan preseden: para peneliti CDC yang menganalisa kasus anak-anak menemukan bahwa anak-anak di bawah usia 12 tahun cenderung tidak memerlukan perawatan di rumah sakit.
Apakah virus baru corona punya dampak lebih parah ke orang dewasa ketimbang anak-anak?
Meskipun kasus pada anak-anak relatif sedikit, para pakar kesehatan menilai bahwa itu bukan karena mereka tidak terpapar penyakit.
Penjelasan paling mungkin adalah wabah ini akan menyuburkan penyakit yang efeknya lebih parah pada orang dewasa ketimbang anak-anak, semisal cacar air.