Sekarang, Mahathir akan melepaskan jabatan sebagai perdana menteri per November 2020 setelah banyak tekanan agar ia menepati janjinya menurunkan jabatan pada Anwar.
Dilansir Straits Times, pada Desember 2019, Mahathir pernah berkata:
"Saya berjanji untuk menyerahkan (jabatan PM kepada Anwar) dan saya akan melakukannya."
"Jika orang-orang tidak menginginkannya, itu urusan mereka. Tapi saya akan melakukan yang terbaik untuk menepati janji, terlepas dari tuduhan apa pun."
"Saya akan menepati janji saya, saya akan menepati janji saya."
Meskipun saat ini tidak jelas apa yang menyebabkan Mahathir berubah pikiran, namun ada peristiwa yang menyebabkan keputusannya berubah.
Pada 21 Februari 2020, koalisi yang berkuasa di Malaysia, Pakatan Harapan mengadakan rapat dewan presiden di mana ada pembahasan tentang penggulingan jabatan Mahathir.
Tanpa tanggal transisi yang ditentukan untuk kepemimpinan, Pakatan Harapan sepakat untuk mengizinkan Mahathir tetap sebagai perdana menteri sampai November.
Namun, selama akhir pekan, ada kesibukan pertemuan antara politisi dari kedua belah pihak termasuk dari PPBM, partai komponen Pakatan Harapan, dan beberapa orang dari PKR, partai Anwar.
Nampaknya ada pembicaraan tentang koalisi baru yang dibentuk antara beberapa partai oposisi (Barisan Nasional) dan PPBM.
Pakatan Harapan Runtuh
Pada 24 Februari 2020, beberapa jam setelah Mahathir mengumumkan keputusannya untuk berhenti, partai PPBM juga mundur dari koalisi Pakatan Harapan.
Melalui sebuah posting Facebook, presiden PPBM, Muhyiddin Yassin mengatakan partai telah memutuskan untuk keluar dari koalisi.
Keputusan itu diambil dalam pertemuan darurat yang diadakan pada 23 Februari malam.