Laporan Wartawan Tribunnews, Fitri Wulandari
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - India saat ini dilanda konflik akibat diberlakukannya kebijakan pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi terkait Undang-undang (UU) Kewarganegaraan India yang dituding mendiskriminasi muslim.
UU yang baru saja diamandemen ini akan memudahkan jalan bagi warga non-muslim dari negara tetangga untuk memperoleh kewarganegaraan.
Pemberlakuan ini dinilai sebagai langkah yang mendiskriminasi umat Islam dan akhirnya memicu protes yang berujung konflik.
Melihat peristiwa berdarah yang baru saja terjadi di India, lembaga kemanusiaan Aksi Cepat Tanggap (ACT) mengambil sikap tegas untuk mengirimkan bantuan kepada para korban.
Baca: Menko PMK Ungkap Kemungkinan Perbanyak Rumah Sakit Rujukan Suspect Virus Corona
Baca: Soal 2 Warga Depok Positif Corona, Menkominfo Minta Masyarakat Cerdas Konsumsi Konten di Medsos
Usai melakukan konferensi pers terkait 'Dukungan dan Sikap ACT Selamatkan Saudara Muslim Di India' di kantornya, Menara 165, Jakarta Selatan, Presiden ACT Ibnu Hajar pun menyampaikan bahwa pihaknya saat ini mulai mengirimkan bantuan.
Bantuan awal, kata dia, masih masuk dalam tahapan darurat karena para korban baru saja terusir dari tempat tinggalnya.
"Pertama bantuannya kali ini masih fase emergency karena mereka kebanyakan orang yang terusir dari tempat tinggalnya karena dibakar rumahnya, atau di masjid juga dirobohkan masjidnya," ujar Ibnu, kepada Tribunnews, Senin (2/3/2020) sore.
Bantuan yang diberikan untuk tahapan awal adalah logistik pangan untuk memenuhi kebutuhan para korban selama di pengungsian.
"Jadi yang pertama adalah bantuan pangan, baik pangan langsung yang disediakan oleh tim kita berupa makanan siap saji atau bantuan logistik pangan," jelas Ibnu.
Ia kemudian menyebutkan bahwa saat ini konflik berdarah itu telah menyebabkan hilangnya nyawa puluhan orang serta memaksa ribuan warga mengungsi.
Baca: ACT Berikan Bantuan untuk Seluruh Korban Hanyut Susur Sungai Sempor
"Karena totalnya yang meninggal per hari ini sudah 42 orang meninggal, 250-an orang luka-luka, dan sekitar 5.000 orang yang mengungsi di sana," tegas Ibnu.