Itu artinya, tes negatif bukan berarti tidak ada lagi virus pada orang itu.
Pada kasus seorang pasien wanita di Jepang yang kabarnya terinfeksi lagi juga dikomentari dr. Lipsitch.
Wanita itu terinfeksi di akhir Januari 2020 dan pulih serta diperbolehkan pulang pada Sabtu (01/02/2020).
Dia dinyatakan sakit lagi pada Rabu (05/02/2020) setelah mengeluhkan gejala sakit tenggorokkan dan dada terasa berat.
"Hal itu terkesan seperti terinfeksi kembali, ya," ujar dr. Lipsitch.
"Padahal kasus-kasus seperti itu belum dapat dipastikan (merupakan) gejala yang sama," lanjutnya.
Baca: Geram soal Penanganan Virus Corona, Aming Beri Sindiran Menohok: Di Sini Nyawa Murah yang Mahal Otak
Baca: Arab Saudi Luncurkan Sistem Elektronik untuk Kembalikan Biaya Umrah Pasca Penangguhan karena Corona
Satu kemungkinan yang perlu diwaspadai adalah virus corona juga punya dua fase infeksi: virus menetap menyebabkan gejala lain yang dikira masih sama dengan virus corona.
Pada pasien ebola misalnya, virusnya masih ada selama berbulan-bulan melalui uji mata bahkan setelah dinyatakan sembuh.
Namun pada kasus ebola dinyatakan masih bisa menular kepada yang lain.
Seorang pakar virologi bernama Angela Rasmussen dari Universitas Columbia juga menegaskan bahwa pasien sembuh ebola mungkin bisa terjangkit penyakit lain.
Seperti insomnia dan masalah-masalah neurologis.
Dia mengatakan, "Kami belum dapat memastikan apakah itu juga sama dengan kasus infeksi virus corona yang terulang," dia mengaku belum memahami virusnya.
Virus corona masih disalahpahami secara umum, ungkap Rasmussen.
Sebelum epidemi SARS melanda, virus corona belum diketahui sebagai masalah penyakit yang serius.