TRIBUNNEWS.COM - Wabah virus corona atau Covid-19 semakin masif dan menjangkiti sejumlah negara di dunia.
Diberitakan Tribunnews.com sebelumnya, tercatat telah ada 94.254 kasus virus corona sejak Desember 2019 lalu hingga hari ini, Kamis (5/3/2020).
Sebanyak 3.220 orang meninggal, sedangkan 51.889 lainnya dinyatakan sembuh.
Total ada 81 negara yang terinfeksi covid-19.
Sementara itu, akibat wabah virus corona, hampir 300 juta siswa di seluruh dunia harus belajar di rumah masing-masing untuk menghindari tertularnya virus asal Wuhan, China ini.
Melansir Channel News Asia, hingga berita ini ditulis, Negara Italia menjadi negara terakhir yang menutup sekolah-sekolahnya.
Sekolah-sekolah dan universitas-universitas di Italia rencananya ditutup hingga Minggu (15/3/2020) mendatang.
Baca: 7 Pembaruan Virus Corona di Seluruh Dunia, 13 Sekolah Diliburkan hingga Kunjungan Xi Jinping Ditunda
Baca: Pemerintah Harap Wabah Virus Corona Tak Berdampak pada Penyelenggaraan Haji 2020
Hal itu dilakukan mengingat korban meninggal akibat virus corona di Italia meningkat menjadi 107 orang.
Di Korea Selatan, rencananya pusat pendidikannya diliburkan hingga Senin (23/3/2020).
Negeri Gingseng ini menjadi negara dengan jumlah kasus terbesar di luar China.
Hingga Kamis (5/3/2020), tercatat ada 5.766 kasus dan 35 orang meninggal dunia.
Sedangkan di Jepang, hampir semua sekolah ditutup setelah Perdana Menteri Shinzo Abe mengumumkan agar proses belajar mengajar dibatalkan hingga liburan musim semi April 2020 mendatang.
Lebih lanjut, UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) mengatakan bahwa 13 negara di dunia telah menutup sekolah, dan meliburkan 290,5 juta siswa, Rabu (4/3/2020).
Menurut Kepala UNESCO, Audrey Azoulay, penutupan sekolah ketika terjadi wabah penyakit bukanlah hal yang baru.
Namun, jika penutupan sekolah dilakukan dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan kerugian, yakni mengancam hak atas pendidikan para siswa.
"Kecepatan gangguan pada bidang pendidikan saat ini tidak tertandingi, dan jika diperpanjang dapat mengancam hak atas pendidikan," kata Audrey Azoulay dikutip dari Channel News Asia.
Ancaman Ekonomi Akibat Virus Corona atau Covid-19
Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan, wabah virus corona atau covid-19 sekarang telah menjadi 'pandemi global'.
Pandemi global yakni wabah yang berjangkit serempak di mana-mana meliputi daerah geografis yang luas.
Selain menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan ditutupnya pusat pendidikan, persedian bahan makanan juga mulai menipis.
Dari Eropa barat ke Asia Timur, persediaan bahan makanan diborong warga dalam beberapa pekan terakhir,termasuk kertas toilet dan pembersih tangan.
Dalam survei Buku Beige yang dirilis pada Rabu (4/3/2020), Federal Reserve Amerika Serikat menyatakan semakin khawatir tentang ketidakpastian akses ke barang-barang dan prospek ekonomi secara keseluruhan.
Baca: Cerita Risma Timbun Masker Sejak Januari: Ada di Kelurahan, Akan Dibagi Gratis untuk Cegah Corona
Baca: Pemkot Depok Buka Crisis Center di Gedung Balai Kota dan Hotline 112 Terkait Virus Corona
Meningkatnya jumlah korban jiwa di Amerika Serikat, yakni 11 orang, anggota parlemen Negera Paman Sam ini sepakat menyediakan dana lebih dari US $ 8 miliar untuk melawan wabah tersebut.
Sementara itu, Kepala International Monetary Fund (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan, virus ini pun menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi.
Diperkirakan, akan ada keterlambatan pertumbuhan global hingga di bawah 2,9 pesen dari pada tahun lalu.
Menindaklanjuti hal itu, pemerintah Amerika Serikat akan melakukan upaya-upaya pencegahan dengan maksimal.
"Pada saat ketidakpastian, lebih baik melakukan lebih banyak daripada tidak cukup," ucap Kristalina Georgieva masih dikutuip dari sumber yang sama.
(Tribunnews.com/R Agustina)