Sejumlah trasnportasi umum seperti kereta api dan bus masih beroperasi.
Namun hanya terlihat kursi-kursi kosong, hanya diisi segelintir penumpang di dalamnya.
"Covid-19 ini lebih buruk daripada perang," ujar seorang penegmudi taksi, Bobric Caballo.
"Kita semua terpengaruh. Namun, yang paling parah adalah mata pencaharian kami," Caballo mengeluhkan sepinya penumpang.
Baca: Imbas Corona, Presiden Filipina Tutup Kota Manila
Baca: Hadapi Ceres Negros FC di Piala AFC 2020, Pemain Bali United Optimis Raih Poin dari Manila
Padahal hari-hari biasanya dia bisa menghasilkan sekitar 50 USD atau sekira Rp 700.000.
Pengasilannya ini sudah melebihi upah minimum harian di Manila.
Namun kini dia harus bergelut dengan pusat kota Filipina yang lengang.
Bila beruntung, dia bisa mendapat 20 USD tau sekira Rp 300.000 saja.
Bahkan dia juga harus menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli masker dan pembersih untuk keselamatan dirinya sendiri.
"Aku memberikan masker kepada penumpang yang tidak punya."
"Aku berharap bisa menghentikan orang-orang yang bersin dan batuk karena alkohol."
"Tapi itu sebenarnya tidak sopan," jelas Caballo.
Presiden Memerintahkan Lockdown Khusus Manila
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte menjelaskan sejumlah langkah pemerintah dalam menahan penyebaran wabah Covid-19 pada 12 Maret lalu.