TRIBUNNEWS.COM, PALERMO - Polisi bersenjatakan tongkat dan senjata api bergerak melindungi supermarket di Sisilia, Italia, buntut laporan adanya penjarahan.
Kabar pilu itu terjadi di tengah lockdown yang diterapkan Negeri "Pizza" untuk melindungi warganya dari wabah virus corona.
Virus dengan nama resmi SARS-Cov-2 itu sudah menewaskan lebih dari 10.000 orang, sepertiga dari total korban meninggal di seluruh dunia.
Dilansir AFP Minggu (29/3/2020), wabah virus corona adalah kondisi darurat yang dihadapi Italia sejak Perang Dunia II silam.
Baca: Semua Akses Jalan Menuju Pantai di Kuta Utara, Badung, Bali Ditutup
Baca: Lionair Filipina Bakal Dilarang Terbang, 2 Kali Kecelakaan dalam 7 Bulan
Secara perlahan, lockdown yang sudah berlangsung selama tiga pekan itu sudah menggerus ekonomi terbesar ketiga di Uni Eropa tersebut.
Rasa putus asa itu dilaporkan mulai dirasakan oleh penduduk di Region Sisilia, salah satu daerah berkembang di Negeri "Pizza".
Berdasarkan pemberitaan harian La Repubblica, sekelompok orang memasuki supermarket di Palermo dan pergi tanpa membayar.
"Kami tidak punya uang untuk membayar. Kami butuh makan." Begitulah teriakan salah seorang dari kelompok tersebut kepada petugas kasir.
Di kota lain di Sisilia, Corriere della Sera memberitakan pemilik toko kecil ditekan oleh penduduk sekitar untuk memberi makanan.
Corriere menulis bahwa "bom waktu" tengah berdetak di region berpopulasi lima juta, dan mencatat 57 korban tewas karena Covid-19.
Kekhawatiran disuarakan oleh Giuseppe Provenzano, menteri yang mengurus daerah selatan Italia, kepada harian La Repubblica.
"Saya takut kekhawatiran yang diutarakan masyarakat, kesehatan, pemasukan, hingga masa depan, bakal berubah menjadi kemarahan jika krisis ini terus berlanju," terangnya.
Jurnalis AFP yang berada di lokasi mengabarkan, empat polisi berpakaian lengkap berjaga di depan salah satu supermarket di Palermo.
Mereka berjaga dalam diam di tengah hari hujan, dengan tangan berada di belakang, serta wajah mereka yang tertutup topeng hijau.