TRIBUNNEWS.COM - Seorang dokter dan peneliti mengklaim, karantina di rumah yang dilakukan pemerintah Italia sama dengan mengulangi kesalahan yang dibuat China.
Dilansir Bloomberg, menurut sekelompok ahli China yang melakukan perjalanan ke negara Eropa, mengatakan, Italia perlu beralih dari karantina di rumah/mandiri ke karantina massal.
Para pasien yang mengalami gejala ringan akan disarankan untuk mengikuti karantina masal alih-alih menjalani karantina di rumah.
Lebih jauh, Kepala Departemen Pernapasan di Rumah Sakit China Barat, Universitas Sichuas, Liang Zong'an angkat bicara.
Ia mengklaim, dokter di Wuhan melakukan kesalahan yang sama sejak awal wabah virus corona muncul.
Baca: Italia akan Perpanjang Masa Lockdown, Ketika Kasus Corona mendekati 100 Ribu
Saat itu, bagaimana infeksi virus dapat terjadi bahkan pada mereka yang tampaknya tidak terlalu sakit, tidak dipahami dengan baik.
Tetapi, para peneliti sekarang tahu bahwa mereka memiliki gejala ringan.
Biasanya, yang diminta untuk tinggal di rumah karena berisiko menularkan virus kepada anggota keluarga, serta orang lain di luar rumah mereka.
Hal tersebut lantaran mereka masih bebas bergerak.
Karantina Wuhan
Sebelumnya, Wuhan mulai mengarantina semua kasus ringan di rumah sakit darurat pada awal Februari 2020 kemarin.
Sebuah langkah pengawasan yang membantu secara dramatis memperlambat penyebaran virus.
Kota Wuhan, merupakan epicentrum wabah virus corona itu muncul.
Kini angka resmi menunjukkan beberapa infeksi baru berkurang, meski pandemi semakin meluas ke negara-negara lain.
Jejak Tiongkok
Lebih jauh, Liang mengatakan, timnya menyarankan agar Italia mengikuti jejak Tiongkok.
Secara paksa mengisolasi pasien dengan gejala ringan dari keluarga mereka.
Terkait hal ini, Peneliti dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, Xiao Ning angkat bicara.
Ia mengatakan, sebuah penelitian di satu provinsi China menunjukkan, 80 persen infeksi kluster berasal dari orang yang di suruh istirahat di rumah.
Umumnya, keluarga di Italia tinggal di apartemen yang lebih luas dibanding dengan tempat tinggal orang-orang di Wuhan, kata Liang.
Meski pun ada upaya mengisolasi yang terinfeksi dari kamar terpisah, Liang menambahkan, seluruh keluarga terinfeksi satu orang yang sakit di tengah-tengah mereka.
"Kami tidak dapat mengatakan, apakah karantina rumah di Italia benar atau salah," kata Xiao.
"Karena masing-masing negara memiliki mekasnisme sendiri, tetapi kami menemukan beberapa masalah," ungkap Xiao.
Rumah Sakit di Italia
Lebih lanjut, Xiao memuji sistem perawatan kesehatan Italia.
Ia mengatakan, rumah sakit di Italia merawat pasien yang mengidap virus corona dengan sangat baik.
Tetapi, seperti diberitakan sebelumnya, Italia menderita kekurangan alat pelindung diri (APD).
Menurutnya, setelah langkah-langkah ketat untuk mempertegas lockdown dan pergerakan orang, infeksi virus corona di Italia mungkin telah mencapai puncaknya.
"Jika langkah-langkah ini dapat dilanjutkan, infeksi baru di Italia akan turun," katanya.
"Orang-orang harus diisolasi secara fisik, satu sama lain. Artinya, tidak ada pertemuan sama sekali," tegasnya.
Baca: UPDATE Covid-19 30 Maret 2020: Amerika Serikat Tambah 275 Kasus, Italia Tembus 10.779 Kematian
Baca: Jadi Salah Satu Negara Terparah Pandemi Virus Corona, Para Mafia Italia Dikabarkan Akan Beraksi Ini
UPDATE Covid-19
Sejumlah 740.239 kasus telah dikonfirmasi terinfeksi wabah virus corona atau Covid-19.
Lebih lanjut, dikutip dari coronavirus.thebaselab.com, 156.588 orang telah dinyatakan pulih per Senin (30/3/2020) pukul 21.20 WIB.
Di Italia sendiri, tercatat 97.689 kasus infeksi yang dikonfirmasi.
Sejumlah 35.035 kematian tercatat di seluruh dunia.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan wabah virus corona sebagai pandemi global, Kamis (11/3/2020).
Virus tersebut dapat menular dari manusia ke manusia yang menyebabkan penyakit pada saluran pernapasan.
Baca: Bek Anyar Inter Milan Katakan Italia Beri Contoh yang Bagus Lawan Corona
Baca: Amerika Serikat, Italia, dan Spanyol Jadi Negara Dengan Angka Kasus Cororna Tertinggi di Dunia
Untuk itu, penting mengenali lebih jauh tentang gejala dan pencegahan virus corona.
Gejala yang ditimbulkan meliputi bersin, pilek, kelelahan, batuk, dan sakit tenggorokan.
Kemudian, pencegahan virus corona dilakukan dengan berbagai cara.
Misalnya, rajin cuci tangan menggunakan sabun atau pembersih tangan.
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)