Begitu Matt dan teman-temannya kembali dari Pulau Padre Selatan, Levine memberi tahu putranya bahwa tidak ada lagi kesempatan kedua.
Maksudnya Levine tidak akan menjemput rombongan putranya itu dari bandara.
Jika ingin pulang ke rumah, mereka harus mencari mobil agar bisa sampai.
"Mereka keluar dari mobil di pinggir jalan masuk rumah."
"Saya bilang 'tetap di sana! Jangan melangkah lebih jauh!'" kata ayah Matt meneriaki rombongan anaknya.
Saat itu mereka berencana untuk mengambil mobil milik Matt.
Akhirnya rombongan itu terpaksa menempuh perjalanan dua jam ke asrama kampus Massachusetts.
Levine masih bersikukuh tidak mengizinkan baik anaknya maupun teman-temannya menginjakkan kaki di rumah.
"Aku sayang anakkku, tapi mereka tidak boleh tidur di sini," katanya.
"Aku bilang, 'Jika kalian ingin buang air kecil, di sana ada semak-semak'"
"Dua dari mereka melakukan itu," jelasnya.
Beruntung bagi Matt, ayahnya sudah mengisi bagasi mobilnya dengan tas belanjaan.
Bahkan meletakkan amplop dengan $ 300 atau sekira Rp 4 juta di kursi pengemudi.
Tapi sepertinya Matt tidak mungkin bisa pulang ke rumah dalam waktu dekat.
"Sewa mereka berakhir pada Juni nanti dan tidak ada orang tua yang menginginkan mereka pulang.
"Ini terlalu berisiko," kata Levine.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)