News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Virus Corona

Menurut Penelitian, Menjaga Jarak Terbukti Bisa Selamatkan Jutaan Nyawa di Tengah Wabah Corona

Penulis: Inza Maliana
Editor: Tiara Shelavie
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Penerapan social distancing di dalam kereta MRT Jakarta, Senin (23/3/2020).(Dokumentasi Istimewa-Kompas.com)

TRIBUNNEWS.COM - Para peneliti dari Imperial College di London, Inggris mengatakan pandemi global Covid-19 bisa membunuh 20 juta orang di seluruh dunia jika tidak menerapkan physical distancing atau menjaga jarak.

Temuan itu mereka katakan setelah meneliti dari model matematika yang mereka kembangkan.

Bahkan, model matematika tersebut mengindikasikan penyakit Covid-19 bisa membunuh sebanyak 40 juta orang di seluruh dunia, jika tidak menerapkan langkah mengurangi kontak sosial.

Tetapi, jumlah kematian itu dapat dikurangi setengahnya jika masyarakat benar-benar menerapkan physical distancing sebesar 40 persen dalam kehidupannya.

Terlebih, jika orang lanjut usia bisa mengurangi interaksi sosial mereka hingga 60 persen.

Foto-foto hari pertama Kota Tegal local lockdown.(tribun-video.com/Radif) (tribun-video.com/Radif)

Baca: WHO dan Satgas Covid-19 Sebut Penyemprotan Disinfektan pada Manusia Bisa Berbahaya

Para peneliti juga mengatakan langkah-langkah yang 'lebih berani' dapat mengurangi jumlah korban.

Karena itu, pentingnya pemerintah untuk membuat keputusan yang 'lebih berani' agar masyarakat menuruti perintah physical distancing untuk memutus mata rantai penyebaran virus.

Peneliti juga menghitung jika 'jarak sosial' yang lebih berani dan berskala luas diterapkan lebih awal dan berkelanjutan (mengurangi kontak sebanyak 75 persen -red) maka hal itu bisa menyelamatkan 38,7 juta jiwa.

Dalam studi mereka yang dipublikasikan Jumat (27/3/2020) lalu, mereka memasukkan sejumlah skenario, seperti apa yang akan terjadi jika dunia tidak mengambil tindakan lebih berani untuk menangani Covid-19.

Model matematiks tersebut juga mencakup dua skenario yang menggabungkan jarak sosial.

Pertama skenario yang menghasilkan puncak epidemi, dan beberapa skenario kedua untuk menekan penyebaran virus corona.

Para Media membawa seorang pasien terinfeksi coronavirus baru ke dalam ambulans Angers layanan darurat seluler (SMUR), selama persinggahan kereta TGV medis dari Strasbourg, di Angers, Prancis Barat, pada Kamis (26 Maret 2020). Di hari kesepuluh dari penguncian ketat (lockdown) di Perancis yang bertujuan untuk membatasi penyebaran COVID-19 yang disebabkan oleh virus corona baru. (AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER) (AFP/JEAN-FRANCOIS MONIER)

Baca: Pemerintah Berlakukan Pearangan Sementara Kunjungan WNA Masuk dan Transit Wilayah Indonesia 

Dalam menggambarkan dampak kesehatan pandemi di 202 negara, para peneliti dari Imperial College Covid-19 Response Team mengumpulkan data tentang pola kontak spesifik usia dan keparahan Covid-19.

"Satu-satunya pendekatan yang dapat memutus rantai virus dalam beberapa bulan mendatang kemungkinan adalah langkah-langkah jarak sosial intensif (lockdown) yang saat ini sedang dilaksanakan di banyak negara yang paling terkena dampak," kata studi tersebut.

"Langkah tersebut mungkin perlu dipertahankan pada tingkat tertentu bersamaan dengan tingkat pengawasan yang tinggi dan isolasi kasus yang cepat," lanjutnya.

Halaman
12
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini