TRIBUNNEWS.COM - Sebuah momen mengharukan terjadi antara orang tua dan seorang anak di China.
Pasalnya, mereka bisa bertemu kembali setelah terpisah selama 32 tahun.
Diketahui, sang anak diculik saat masih balita.
Dilansir Guardian, korban penculikan adalah Mao Yin.
Yin diculik pada tahun 1988, ketika dirinya masih berumur 2,5 tahun.
Baca: Modus Polisi Gadungan Culik Bocah SMP untuk Rampas Handphone, Terbongkar Saat Masuk Kompleks Polri
Baca: FAKTA Pria Culik Siswa SMA: Jatuh Cinta Pandangan Pertama hingga Bantah Hipnotis Korban
Kala itu, dia sedang berjalan pulang bersama ayahnya, Mao Xhenjing, di kota Xi'an bagian barat, tempat ia dilahirkan.
Mereka berada di pintu masuk sebuah hotel, ketika Yin kemudian menghilang.
Setelah Yin lenyap, ibunya, Li Jingzhi, berhenti dari pekerjaannya.
Dia melakukan pencarian putranya selama puluhan tahun.
Lebih dari 100.000 selebaran mengenai pencarian Yin telah beredar.
Ia juga mencari Yin ke desa-desa dan kabupaten di sekitar Xi'an.
Pada satu waktu, ibu Yin mendapatkan petunjuk bahwa seorang anak laki-laki dengan nama yang sama berada di Sichuan.
Sayangnya, bocah itu bukanlah anaknya.
Baca: Pamit Jalan-jalan ke Garut, 6 Mahasiswa Palembang Hilang Misterius Selama 3 Tahun
Hilangnya Yin juga menampilkan sang ibu di berbagai acara televisi.
Pada waktu itu, hilangnya Yin telah menggegerkan negara.
Pencarian yang panjang mengenai anak-anak yang hilang telah dilakukan.
Kampanye pencarian itu telah membantu 29 keluarga lain menemukan kembali anak-anak mereka yang hilang.
"Harapan lah yang memotivasi saya," kata ibu Yin dalam sebuah wawancara pada awal 2020.
"Saya percaya bahwa suatu hari nanti, saya akan menemukan putra saya," imbuh Jingzhi.
Reuni Keluarga
Setelah lebih dari tiga dekade, harapan terbesar orang tua Yin datang pada akhir April.
Polisi menerima informasi tentang seorang bocah laki-laki dari Xi'an yang telah dijual kepada sebuah keluarga sejuah 600 kilometer.
Menurut media pemerintah China, Xinhua, bocah itu dijual dengan harga 6.000 Yuan.
Lantas, pihak berwenang menggunakan teknologi pengenalan wajah untuk mengidentifikasi anak tersebut.
Mereka menggunakan foto balita Yin untuk mendeteksi kemungkinan wajah Yin ketika dewasa.
Perkiraan wajah Yin dewasa dibandingkan dengan pria yang ada di database nasional.
Sebuah tes DNA pun mengkonfirmasi identitas Yin pada 10 Mei 2020.
Tepat pada Hari Ibu di China, polisi memberitahu ibu Yin bahwa putranya telah ditemukan.
"Ini adalah hadiah terbaik yang pernah saya dapatkan pada Hari Ibu," katanya, dikutip dari Scmp.
Reuni keluarga kemudian disusun.
Seminggu setelahnya, di depan kerumunan yang cukup besar dan sorotan siaran televisi, Yin yang telah menunggu di ruang samping, berlari ke arah ibunya ketika pintu dibuka.
Anak dan ibu itu saling berpelukan dan menangis.
Ayah Yin dengan lembut mencium dahi putranya.
"Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada puluhan ribu orang yang membantu kami," kata ibu Yin kepada kantor berita Xinhua.
"Saya tidak percaya bahwa setelah membantu 29 anak yang hilang bertemu lagi dengan keluarga mereka, saya dapat menemukan putra saya sendiri," tuturnya.
Selama hilang, Mao Yin berganti nama menjadi Gu Ningning.
Dia dibesarkan di kota Mianyang, provinsi Sichuan.
Selama ini, Yin tak tahu dia adalah target pencarian orang hilang selama puluhan tahun.
Baca: Kronologi Penangkapan Guru SD yang Diduga Culik Bocah 12 Tahun dari Sumsel hingga Magetan
Penculikan anak telah menjadi masalah di Tiongkok selama beberapa dekade.
Beberapa anak di bawah umur diculik dan dieksploitasi oleh para penjahat.
Mereka memaksa korban untuk mengemis, mencopet, kerja paksa, hingga menjual diri.
Sisanya, para penculik menjual anak-anak untuk diadopsi orang lain, baik untuk pasangan China yang ingin memiliki anak, maupun untuk panti asuhan.
Para penculik mengambil anak orang lain yang diketahui melebihi jumlah batasan anak di China, yakni satu anak saja.
(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)