"Itu cocok dengan model yang kita miliki," tambahnya.
Namun konsep Herd Immunity tidak diuji untuk virus corona, tingkat dan durasi kekebalan di antara pasien yang pulih juga tidak pasti.
Studi ini mengambil sekitar 1.100 tes dari seluruh negeri meskipun hanya angka Stockholm yang dirilis.
Di lain sisi, para pejabat Dinas Kesehatan Swedia menekankan bahwa Herd Immunity bukanlah satu-satunya tujuan.
Pihaknya menjelaskan, strateginya adalah hanya untuk memperlambat virus supaya sistem kesehatan tidak kewalahan, bukan menekan virus itu sendiri.
Baca: Apa itu Herd Immunity dan New Normal? Bagaimana Dampak Kedepannya untuk Masyarakat?
Baca: Simak Perbedaan Antara New Normal dengan Herd Immunity, Berikut Penjelasan Ahli
Dinas Kesehatan menilai, negara yang melakukan lockdown akan lebih rentan menghadapi gelombang baru wabah.
Sebab, begitu negara terbuka atau pembatasan dikurangi, kekuatan dalam menanggulangi wabah lebih riskan.
Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan agar tidak banyak berharap dengan Herd Immunity.
Kabarnya pekan lalu sebuah studi global menemukan antibodi hanya pada 1 sampai 10 persen populasi.
Hasil ini sama dengan yang ditemukan di Spanyol dan Prancis.
Baca: Rayakan Ulang Tahun Bersama Keluarga di Swedia, Omid Nazari Dapat Banyak Ucapan dari Bobotoh
Baca: Pulang ke Swedia, Mahmoud Eid Pantau Perkembangan Indonesia Melalui Berita
Pendekatan Herd Immunity di Swedia dibentuk oleh keyakinan bahwa virus corona dapat diperlambat tetapi tidak sepenuhnya ditekan.
Ini tercermin dari Swedia yang enggan mengunci wilayah serta tidak melakukan tes maupun pelacakan yang masif.
Mayoritas orang yang dites corona terbatas pada kasus rawat inap dan tenaga kesehatan.
Hingga Kamis (21/5/2020) Swedia mencatat 31.523 jumlah infeksi Covid-19.
Adapun jumlah kematiannya sebanyak 3.831 dengan angka kesembuhan mencapai 4.971.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)