Gesekan perdagangan Australia dengan China juga meningkat dan desakan Canberra bulan lalu untuk peninjauan internasional tentang asal-usul serta penyebaran virus corona baru mengundang perlawanan dari Beijing.
"Ini adalah pertama kalinya Perdana Menteri Modi mengadakan KTT Virtual Bilateral. Ini menandakan penguatan hubungan dengan Australia dan lintasan ke atas," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri India Anurag Srivastava seperti dikutip Reuters.
Lewat MLSA, kapal dan pesawat militer India dan Australia bisa mengisi bahan bakar dan mengakses fasilitas perawatan di pangkalan masing-masing.
Pejabat militer India mengatakan, negaranya juga mempertimbangkan partisipasi Australia dalam latihan-latihan angkatan laut tahunan yang mereka adakan dengan AS dan Jepang di Samudra Hindia dan Pasifik dalam penguatan hubungan keamanan antara keempat negara.
Latihan serupa pada 2007 membuat marah China.
Dukungan AS
Dalam konflik ini, Amerika Serikat, meski tidak terang-terangan, tapi menunjukkan "simpati"-nya kepada India. Apalagi hubungan AS-China belakangan bisa dikatakan memburuk.
Dukungan AS terhadap India juga sempat ditunjukan oleh salah satu pejabat diplomat AS, Asisten Sekertaris Negara untuk Asia Selatan, Alice G. Wells.
Dikutip dari laman Sputnik, Alice mengatakan, pasukan militer Cina dengan sengaja mengganggu perbatasan India untuk mengubah status quo di perbatasan selama ini.
"China menggunakan bentrokan perbatasan dengan India untuk mengubah status quo di perbatasan," kata Alice G. Wells.
Kekhawatiran Rusia
Rusia akhirnya buka suara setelah lama menahan diri terkait meningkatnya ketegangan militer antara China dan India di perbatasan Ladakh.
Rusia mengaku khawatir atas pertempuran militer China-India yang sedang berlangsung di Ladakh, kendati negeri Beruang Merah tersebut masih yakin bahwa kedua raksasa Asia tersebut akan menyelesaikan masalah mereka dengan damai.
Hal itu dikatakan Wakil Kepala Misi Rusia di Delhi Roman Babushkin kepada saluran TV.