Melansir The Moscow Times, gejolak terbaru antara Rusia dan AS terjadi setelah militer negeri beruang merah membangun pangkalan di dekat perbatasan Turki dan Irak pada pekan lalu.
Presiden Vladimir Putin telah memerintahkan perundingan dengan sekutu Rusia, Suriah untuk memperkuat kehadiran Moskow dengan fasilitas militer tambahan di negara yang dilanda konflik itu.
Baca: TNI AD Datangkan Teknisi Asal Rusia, Investigasi Penyebab Jatuhnya Helikopter MI-17
Pasukan AS dan Rusia berhadap-hadapan di Timur Laut Suriah pada Selasa (2/6) dan Rabu (3/6), Al-Monitor, situs berita Timur Tengah, melaporkan, mengutip kelompok-kelompok pemantauan lokal.
Warga desa memprotes patroli tentara Rusia pada Selasa (2/6) di dekat Kota Al-Malikiyah di perbatasan Timur Laut Suriah, ketika konvoi pasukan AS menunggu mereka di dekatnya.
Pada Rabu (3/6), patroli tentara Rusia berhadapan dengan konvoi pasukan AS di luar Kota Al-Malikiyah, menghalangi lalu lintas kendaraan sipil selama berjam-jam.
The Moscow Times melaporkan, video AFP memperlihatkan, patroli tentara AS dan Rusia parkir di jalan, ketika warga setempat memprotes kehadiran militer Rusia.
Ketegangan terbaru tersebut mengikuti serangkaian insiden serupa yang terjadi di Timur Laut Suriah awal tahun ini.
"Ini bukan situasi yang berkelanjutan," kicau Brett McGurk, mantan Utusan AS untuk koalisi pimpinan negeri uak Sam melawan Negara Islam, di Twitter seperti dikutip The Moscow Times.
Para pejabat AS sebelumnya menuduh Rusia melanggar ketentuan untuk menghindari potensi bentrokan, dalam apa yang mereka sebut sebagai upaya untuk menantang kehadiran Amerika di Timur Laut Suriah.
Baca: Terlihat Tegar Hadapi Kasus Dwi Sasono, Widi Mulia: Kita Sudahi Kesedihannya
Baca: 5 Warga Luwu Timur Sulsel Dikabarkan Hilang di Kawasan Hutan Saluro Danau Matano
Baca: Jawaban Soal SD Kelas 4-6 TVRI Senin 8 Juni 2020: Keliling Bangun Datar dan Luas Lingkaran
Baca: Kemendikbud: Sekolah di Zona Hijau Tidak Otomatis Dibuka
Baca: Berita Liga Inggris: Jelang Hadapi Arsenal, Pep Guardiola Tunjuk Asisten Pelatih Anyar
Rusia, sekutu setia Pemerintah Suriah, meluncurkan serangan udara di Suriah pada 2015 untuk membantu Damaskus merebut kembali bagian negara itu dari pemberontak. Moskow telah lama bersikeras, kehadiran militer AS di Suriah adalah ilegal.
Syrian Observatory for Human Rights yang berpusat di Inggris mengatakan pada Kamis (4/6), pasukan Rusia menarik diri dari Desa Qesirdib, tempat mereka berusaha untuk mendirikan pangkalan baru.
Berita ini tayang di kontan: https://internasional.kontan.co.id/news/unjuk-kekuatan-ke-rusia-as-dan-nato-gelar-latihan-perang-besar-besaran?page=2