News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Rusuh di Amerika Serikat

Tokoh Partai Republik Sekaligus Pensiunan Jenderal Ini Sebut Trump Pembohong dan Bahaya bagi Amerika

Editor: Malvyandie Haryadi
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Colin Powell

TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON - Mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Colin Powell pada hari Minggu menyatakan mendukung calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden.

Pernyataan ini semakin menambah deretan para tokoh Partai Republik dan tokoh militer di AS yang mengkritik Presiden Donald Trump di tengah protes nasional.

Powell adalah seorang Republikan yang memimpin militer AS selama Perang Teluk 1991 di Irak di bawah Presiden George H.W. Bush dan kemudian mengepalai Departemen Luar Negeri di bawah Presiden George W. Bush, mengatakan Trump "berbohong sepanjang waktu," telah "menjauh" dari Konstitusi A.S dan menimbulkan bahaya bagi demokrasi Amerika.

Baca: Di Tengah Pandemi, Amerika dan Sekutunya Gelar Latihan Perang Besar-besaran

"Saya tidak bisa mendukung Presiden Trump tahun ini," kata Powell kepada CNN. Trump merespons dengan menyebut Powell "benar-benar kaku" di Twitter seperti dilansir Reuters, Minggu (7/6/2020) waktu setempat.

Kecaman itu muncul ketika negara itu menghadapi trio krisis: protes meluas atas kekerasan polisi terhadap pria dan wanita kulit hitam, pandemi virus corona dan penurunan ekonomi yang tajam.

Baca: Meski Satu Partai, Eks Presiden Amerika George W Bush Ogah Pilih Donald Trump di Pilpres 2020

Sangat jarang bagi Partai Republik untuk mengkritik Trump secara langsung, dan lebih lagi untuk anggota militer, yang biasanya tidak ikut campur dalam politik.

Tiga orang wanita kulit putih terekam menghapus tulisan 'Black Lives Matter' yang tertulis di Gedung Lafayette, Michigan, Amerika Serikat. (Twitter/@dailydigger19)

Mantan menteri pertahanan Trump, pensiunan Jenderal Jim Mattis, pekan lalu mengecam apa yang ia sebut upaya "sengaja" Trump untuk memecah belah negara.

Mantan ketua Kepala Staf Gabungan Michael Mullen dan Martin Dempsey juga mengkritik penanganan Trump atas kerusuhan itu.

Senator Republik Lisa Murkowski mengatakan pekan lalu bahwa dia “berjuang” dengan apakah akan mendukung pemilihan Trump, sementara Senator Republik Mitt Romney memuji kata-kata Mattis.

The New York Times melaporkan pada hari Sabtu bahwa George W. Bush tidak akan memilih Trump, mengutip sumber-sumber yang dekat dengan satu-satunya mantan presiden Republik yang masih hidup.

Banyak Republikan sekarang mengkritik Trump juga tidak memilihnya pada tahun 2016.

Warga berlari dengan membawa barang-barang hasil menjarah di sebuah toko pakaian saat terjadi aksi unjuk rasa atas kematian George Floyd, di Long Beach, California, Amerika Serikat, Minggu (31/5/2020) waktu setempat. Meninggalnya George Floyd, seorang pria keturunan Afrika-Amerika, saat ditangkap oleh polisi di Minneapolis beberapa waktu lalu memicu gelombang aksi unjuk rasa dan kerusuhan di kota-kota besar di hampir seantero Amerika Serikat. AFP/Apu Gomes (AFP/Apu Gomes)

Tim Murtaugh, juru bicara kampanye Trump, mengatakan dalam sebuah pernyataan, "Presiden Trump memiliki rekor dukungan dalam Partai Republik, namun adorasi media Beltway liberal memikat dan sangat menarik bagi beberapa orang dalam DC."

Sejak memenangkan Gedung Putih, Trump telah mengamankan cengkeraman loyalitas Partai Republik. Banyak mantan kritikus, seperti Senator Lindsay Graham, telah menjadi pendukung kuat.

Aksi demo 

Aksi demonstrasi terjadi di seluruh Amerika Serikat pada hari Minggu (7/6/2020) untuk menuntut keadilan rasial pasca kematian George Floyd di tahanan polisi Minneapolis.

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini