Di sisi lain, beberapa pihak di India meyakini sengketa perbatasan Himalaya akan terus bergejolak.
Dikutip dari VOA News, lantaran pertengkaran pada 15 Juni lalu telah melanggar perjanjian China-India untuk menjaga perdamaian sejak 25 tahun silam.
"Rangkaian langkah-langkah membangun kepercayaan yang diberlakukan sejak tahun 1993 telah runtuh."
"Itu adalah rezim di mana patroli perbatasan dan komandan militer dapat berinteraksi untuk menjaga perdamaian," kata Manoj Joshi, seorang pakar keamanan di Observer Research Foundation di New Delhi.
"Sekarang semuanya menjadi berantakan."
"Apa yang terjadi saat Anda bertemu dengan patroli Tiongkok?" tambahnya.
Baca: Komandan Militer India dan RRC Bertemu di Tengah Seruan Boikot Barang China
Baca: India Boikot HP China Pascabentrokan Tewaskan 20 Orang, Data Ungkap Kondisi Sebenarnya
Berdasarkan Perjanjian, Patroli di Perbatasan India-China Tak Diizinkan Gunakan Senjata Api
Lebih lanjut, menurut perjanjian ini, patroli perbatasan China dan India tidak diizinkan menggunakan senjata api selama konfrontasi.
Meskipun insiden baru-baru ini menggunakan tangan kosong, tapi kejadiannya lebih brutal daripada yang sudah-sudah.
Bahkan kedua tentara dilaporkan saling pukul dengan pentungan penuh paku dan bebatuan.
Para pejabat India menyebut insiden ini adalah tindakan yang direncanakan pasukan Tiongkok.
Bahkan di tanah Bollywood sudah muncul gerakan boikot produk China dan tagar-tagar untuk mengecam China.
Namun Beijing menyalahkan India atas insiden tersebut.
(Tribunnews/Andari Wulan Nugrahani/Ika Nur Cahyani)