TRIBUNNEWS.COM - Pasien Covid-19 yang diobati dengan hidroksiklorokuin atau hydroxychloroquine (HCQ) serta kombinasi dengan antibiotik, memiliki tingkat kesembuhan yang lebih tinggi daripada pasien yang tidak diobati dengan obat tersebut.
Klaim itu berdasarkan hasil studi terbaru dari Henry Ford Hospital di Detroit.
Para ilmuwan di Henry Ford Hospital melihat adanya pengurangan yang signifikan terhadap tingkat kematian pasien.
Pasien-pasien tersebut dirawat di antara tanggal 10 Maret dan 2 Mei 2020.
Mereka diobati dengan hidroksiklorokuin serta dibandingkan dengan yang tidak diobati dengan hidroksiklorokuin.
Baca: WHO Hentikan Uji Coba Hidroksiklorokuin untuk Covid-19, Hasil Penelitian Tak Tunjukkan Manfaat
Sebelumnya, hidroksiklorokuin terlah menjadi topik kontroversi pada Maret lalu saat Presiden AS Donald Trump menyebut obat itu sangat efektif menyembuhkan pasien virus corona.
Peneliti mempublikasikan hasil penelitian pada tanggal 1 Juli di International Journal of Infectious Diseases.
"Hasil studi mendemonstrasikan bahwa pengaturan yang dipantau ketat, pengobatan dengan hidroksiklorokuin saja atau bersama azithromycin, dihubungkan dengan berkurangnya tingkat kematian yang signifikan di antara pasien yang dirawat," tulis hasil studi tersebut.
Lebih dari 2.500 pasien COVID-19 dengan usia rata-rata 64 tahun dimasukkan dalam penelitian ini.
Tingkat kematian untuk pasien yang diobati dengan HCQ saja adalah 13,5 persen.
Pasien yang diobati dengan HCQ dan azithromycin memiliki tingkat kematian 20,1 persen.
Sedangkan pasien yang tidak diobati dengan salah satu obat itu memiliki tingkat kematian 26,4 persen, penelitian menemukan.
Baca: Prancis Larang Penggunaan Hidroksiklorokuin, Obat yang Diklaim Trump Sembuhkan Covid-19
Penyebab utama kematian adalah gagal napas (88 persen), diikuti oleh henti jantung-paru dan gagal multi-organ (8 persen) dan henti jantung (4 persen).
Temuan ini muncul setelah para peneliti di Universitas Oxford tidak menemukan adanya "efek menguntungkan" dalam merawat pasien dengan HCQ dalam penelitian terhadap 1.542 pasien COVID-19 yang diterbitkan 5 Juni sebagai bagian dari studi virus di sekolah yang disebut "RECOVERY Trial."