News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

5 Klaim tentang Donald Trump dalam Buku Mary Trump: Dibesarkan Ayah 'Sosiopat', Curang saat Ujian

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Mary L Trump dan bukunya yang berjudul Too Much and Never Enough: How My Family Created the World's Most Dangerous Man.

TRIBUNNEWS.COM - Keponakan Donald Trump, Mary Trump, telah menulis buku baru berjudul "Too Much and Never Enough: How My Family Created the World's Most Dangerous Man".

Buku tersebut menyajikan potret tentang kehidupan pamannya dan mengungkap sifat-sifat yang paling destruktif dari Donald Trump.

Diketahui, Mary Trump, seorang psikolog klinis berlisensi, terbuka dalam ketidaksetujuannya terhadap kebijakan pamannya.

Oleh karena itu, ia menggunakan pengetahuan tentang masa kecilnya untuk menggambarkan potret yang lebih luas mengenai sang paman yang kini menjadi Presiden AS.

Keluarga besar Donald Trump berusaha melarang peredaran buku tersebut.

Namun, CNN memperoleh salinan buku itu pada Selasa (7/7/2020) lalu.

Baca: Trump Tuduh WHO Boneka China, PBB Umumkan Amerika Serikat Keluar dari WHO Mulai 6 Juli 2021

Baca: Kembali Tuai Kontroversi, Donald Trump Mengklaim 99 Persen Covid-19 di AS Tidak Berbahaya

Ada beberapa klaim mengejutkan yang ditulis Mary Trump tentang Donald Trump.

Beberapa di antaranya yakni figur ayah presiden AS yang sosiopat, hingga upaya curang Donald Trump demi lolos ujian masuk universitas.

Berikut lima klaim tentang Donald Trump dalam buku yang ditulis Mary Trump, dilansir CNN:

1. Figur ayah Donald Trump

Dalam buku itu, Mary Trump membeberkan disfungsi keluarga Trump, yakni perlakuan ayah Donald Trump, Fred Trump Sr., kepada anak-anaknya.

Hubungan antara Donald Trump dan ayahnya, dianggap menjadi elemen yang rumit dan menentukan dari persona publik dan pribadinya.

Fred Trump Sr. dipandang sebagai figur ayah yang 'sosiopat', membatasi kemampuan Donald Trump untuk mengembangkan dan mengalami seluruh spektrum emosi manusia.

Mary Trump menggambarkan ayah dan anak yang terkunci dalam perang psikologis yang mendalam.

Buku "Too Much and Never Enough" karya Mary L. Trump. (Simon & Schuster)

"Dengan membatasi akses Donald ke perasaannya sendiri dan banyak di antaranya tidak dapat diterima, Fred memutarbalikkan persepsi putranya tentang dunia dan merusak kemampuannya untuk hidup di dalamnya," tulis Mary.

Keponakan Donald Trump tersebut menggambarkan sang paman sebagai sesuatu yang mewakili impian kakeknya sejak lama, tetapi tidak tercapai.

Mary menyebut, ayah presiden AS sebenarnya adalah dalang dari karakter anaknya.

"Fred bersedia mempertaruhkan jutaan dolar pada putranya, karena dia percaya dia dapat meningkatkan keterampilan yang dimliki Donald," kata Mary.

Hal itu menciptakan Donald Trump, yang Mary tulis, sebagai sosok yang memiliki ego tinggi, dan uang saja tidak pernah cukup untuk memuaskan ambisinya.

Namun, dalam kehidupan selanjutnya, Mary menyebut, Fred Trump justur tidak mendapat 'balasan yang setimpal' dari Donald Trump.

Pamannya disebut justru memperlakukan ayahnya dengan tak pantas ketika penyakit Alzheimer menyerangnya.

2. Sifat dan karakter

Mary Trump mengidentifikasi sejumlah karakteristik dalam gaya pemerintahan Donald Trump yang terbentuk oleh masa lalunya.

Masa kecil Donald Trump dibingkai oleh orang tua yang kurang memiliki pola asuh yang baik atau menunjukkan empati.

Pola asuh itu kemudian terbawa hingga Donald Trump dewasa, dan menduduki jabatan sebagai presiden AS.

Dalam uraian yang lebih spesifik, Mary mengaitkan kegemaran pamannya yang bersikap ramah kepada para pemimpin otoriter.

Donald Trump dan Kim Jong Un saat bertemu di Singapura pada 2018. Trump, mengaku hubungannya dengan Kim Jong Un sangat baik. Ia pun mengungkapkan harapannya untuk pemimpin Korea Utara ini, seperti yang diberitakan NBC News, Rabu (22/4/2020). (Kevin Lim/The Straits Times via AP)

Kegemaran itu berkembang hingga hubungannya dengan Roy Cohn, pengacara kontroversial yang disewa oleh keluarga Trump setelah dituduh oleh Departemen Kehakiman untuk menolak menyewakan apartemen kepada orang Afrika-Amerika.

Karakter semacam itu disebut berakar dari ayahnya.

"Fred juga membuat Donald tertarik pada pria seperti Cohn, dan kemudian ia tetarik pada tokoh otoriter, seperti Vladimir Putin dan Kim Jong-un atau siapa pun, dengan kemauan untuk menyanjung dan kekuatan untuk memperkaya dirinya," tulis Mary.

Baca: Kasus Corona Masih Tinggi, Donald Trump Nekat Gelar Kampanye Indoor dan Outdoor

3. Kecurangan

Hal mengejutkan lain tentang Donald Trump yang ditulis oleh Mary adalah penipuan dan kebohongan yang dilakukan pamannya.

"Dalam arti tertentu, Donald selalu dilindungi dari keterbatasannya atau kebutuhannya untuk berhasil sendiri di dunia."

"Dia tidak pernah dituntut untuk bekerja jujur. Dan tidak peduli seberapa buruk dia gagal, dia dihargai dengan cara yang hampir tak terduga," tulisnya.

Satu contoh yang dipaparkan Mary adalah ketika Trump berupaya curang untuk masuk ke perguruan tinggi.

Mary mengklaim, pamannya membayar orang lain untuk mengikuti ujian masuk.

Dilansir Guardian, Donald Trump disebut membayar hasil tes Joe Shapiro, anak yang pintar dengan reputasi yang baik, untuk masuk di Wharton Business School, University of Pennsylvania.

Trump juga menyuruh kakak laki-lakinya, ayah Mary Trump, Fred Trump Jr, mengucapkan hal-hal baik tentangnya.

"Berbohong merupakan mode peningkatan diri baginya, untuk meyakinkan orang lain bahwa dia lebih baik daripada dirinya yang sebenarnya."

"Dalam benak Donald, dia telah menyelesaikan semua hal berdasarkan kemampuannya sendiri, meskipun curang," tulisnya.

4. Perempuan sebagai objek

Arsip foto memperlihatkan Presiden AS, Donald Trump, tersenyum saat akan menyampaikan pidato pembukaan pada Upacara Wisuda Akademi Militer AS 2020 di West Point, New York, 13 Juni 2020. Donald Trump berusia 74 tahun pada 14 Juni 2020. (Photo by Nicholas Kamm / AFP)

Sejak dini, Donald Trump menerima sedikit pengasuhan dari ibunya.

Menurut Mary Trump, rumah tangga ayah presiden AS retak karena batas gender yang ketat.

Belakangan, Trump dan ayahnya digambarkan sebagai orang yang bersikap kasar terhadap wanita, bahkan dalam bulan-bulan setelah kematin saudara Trump.

"Fred dan Donald tidak bertindak seolah-olah ada sesuatu yang berbeda."

"Putra dan saudara lelaki mereka sudah meninggal, tetapi mereka membahas politik dan kesepakatan New York, dan wanita-wanita jelek, seperti yang selalu mereka lakukan," ia menulis.

Dalam contoh lain, Mary Trump menjelaskan, ketika ia berusia 12 tahun, kakeknya menunjukkan kepadanya foto telanjang seorang perempuan di bawah umur yang disimpan di dompetnya.

Donald Trump pun disebut hanya melirik foto itu.

Tak hanya itu, ketika Mary Trump mengunjungi pamannya di klub Mar-a-Lago di Florida, presiden AS itu bereaksi tidak pantas ketika melihat keponakannya memakai pakaian renang.

Donald Trump berkata kepada Mary yang merujuk tentang payudaranya.

"Ya Tuhan, Mary. (Itu) bertumpuk-tumpuk," ujarnya.

5. Kejam dan tidak berperasaan

Presiden AS Donald Trump berbicara saat pengarahan harian tentang virus corona di Brady Briefing Room di Gedung Putih Washington, DC. pada 23 April 2020 (MANDEL NGAN / AFP)

Inti dari buku Mary Trump adalah terpuruknya sang ayah, Fred Trump Jr.

Ayah Mary mengalami depresi dan kecanduan alkohol, yang direspons negatif oleh anggota keluarganya yang lain.

Mary berpendapat, budaya kekejaman yang kasual dan sistematis oleh pamannya terus berjalan hingga sekarang.

Kematian ayahnya akibat serangan jantung pada usia 42 tahun menggambarkan disfungsi keluarga dari kakek dan pamannya.

Meskipun keluarga Mary berperan dalam rumah sakit keluarga Trump, sang ayah tidak mendapatkan bantuan medis sedikit pun.

Katup jantungnya rusak selama berminggu-minggu.

"Satu panggilan telepon akan menjamin perawatan terbaik untuk putra mereka. Sayangnya, tidak ada panggilan yang masuk," tulis Mary.

Akhirnya, ayah Mary pun dibawa ke rumah sakit dengan ambulans.

Meskipun kesehatannya kala itu sangat buruk, tidak ada anggota keluarga lain yang pergi bersamanya.

Sebaliknya, Mary menulis, Donald Trump dan saudara perempuannya, Elizabeth Trump, pergi ke bioskop.

Setelah kematian sang ayah, Mary Trump menganjurkan agar abunya disebar di Montauk daripada dikubur.

Ia mengatakan, itu adalah harapan ayahnya semasa hidup.

Namun, kakek Mary menolak.

Sebagai gantinya, abunya dimakamkan di tanah keluarga.

Tanggapan Gedung Putih

Gedung Putih menolak sebagian besar klaim yang ditulis Mary Trump dalam bukunya, pada Selasa (7/7/2020).

Disebutkan, anggota lain dari keluarga Trump telah berusaha untuk mencegah publikasi buku itu.

Perjanjian untuk mengungkapkan apa pun juga telah ditandatangani selama perselisihan, atas kehendak Fred Trump Sr.

Gedung Putih juga mengatakan, penggambaran buku tentang hubungan Presiden dengan ayahnya adalah salah besar.

"Hubungan Presiden dengan ayahnya hangat, dan ayahnya sangat baik padanya," kata wakil sekretaris pers, Sarah Matthews.

Sarah juga mengungkapkan, Trump menyebut sang ayah adalah sosok pengasih dan sama sekali tidak keras kepada anak.

Selain itu, Gedung Putih membantah bahwa presiden AS telah curang dalam masuk ujian universitas.

(Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini