Perlu diketahui, lokasi gudang penyimpanan hanya berjarak beberapa menit jalan kaki dari pusat perbelanjaan dan kawasan hiburan malam di Beirut.
Ledakan kembar yang mengguncang ibu kota, menewaskan sedikitnya 135 orang dan 5.000 lainnya terluka.
Pada Rabu, Menteri Informasi Lebanon Manal Abdel Samad Najd mengatakan ada surat-surat dan dokumen yang berasal dari tahun 2014 yang membuktikan adanya pertukaran informasi tentang "materi" yang disita oleh otoritas Lebanon.
Dia mengatakan bahwa pertukaran tersebut sedang dipertimbangkan terkait dengan potensi penyebab ledakan mematikan di Beirut.
"Tidak ada hasil atau klarifikasi awal," demikian jawabannya ketika ditanya terkait temuan awal dalam penyelidikan penyebab ledakan.
Kisah Singkat 'Bom Mengambang'
Di 2013 silam, MV Rhosus berangkat dari Batumi, Georgia, menuju Mozambik, menurut jalur kapal dan catatan sang kapten kapal Boris Prokoshev.
Kapal itu membawa 2.750 metrik ton amonium nitrat, bahan kimia industri yang biasa digunakan di seluruh dunia sebagai pupuk dan bahan peledak untuk pertambangan.
Kapal berbendera Moldova itu sempat singgah di Yunani untuk mengisi bahan bakar.
Ketika itulah pemilik kapal memberi tahu awak kapal asal Rusia dan Ukraina bahwa dia telah kehabisan uang.
Baca: Pasca-ledakan Beirut, 65 Mahasiswa Indonesia di Lebanon dalam Kondisi Aman
Oleh karena itu kapal MV Rhosus harus mengambil kargo tambahan untuk menutupi biaya perjalanan, sehingga kapal akhirnya berlabuh ke Beirut.
Kapal itu merupakan aset dari perusahaan bernama Teto Shipping yang kabarnya dimiliki seorang pengusaha Khabarovsk yang tinggal di Siprus.
Sesampai di Beirut, MV Rhosus ditahan otoritas pelabuhan karena sebuah pelanggaran dalam operasi kapal, menunggak biaya ke pelabuhan, dan pengaduan dari awak kapal Rusia dan Ukraina.
Sejak saat itulah kapal yang disebut 'bom mengambang' ini menetap di Beirut, Lebanon.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)