TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Duta Besar RI untuk Lebanon, Hajriyanto Y Thohari menerangkan kondisi di Beirut, Lebanon, pasca ledakan pada Selasa, 4 Agustus 2020.
Lebanon dikejutkan oleh sebuah ledakan dari gudang penyimpanan bahan kimia berbahaya ammonium nitrate di pelabuhan. Ledakan itu telah membuat sekitar 250 ribu orang kehilangan tempat tinggal dan kerugian material hingga US$ 5 miliar (Rp72 triliun).
Belakangan diketahui ledakan bersumber dari 2.750 amonium nitrat yang teronggok di gudang pelabuhan Beirut.
Baca: Kolonel yang Tewas Misterius Pernah Minta Pindahkan Amonium Nitrat dari Pelabuhan Beirut
Duta Besar RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari mengatakan kondisi Beirut saat ini sudah relatif tenang.
"Dan tidak terjadi kepanikan-kepanikan seperti kemarin sore sampai malam," tutur Hajriyanto kepada Tribun Network.
Baca: 16 Orang Ditahan Terkait Ledakan di Beirut
Ledakan ini menambah panjang penderitaan warga Lebanon yang saat ini mengalami krisis ekonomi parah dan krisis politik. Dalam catatan KBRI, terdapat 1.447 WNI yang tinggal di Libanon dengan rincian 1.234 orang merupakan personel Kontingen Garuda yang tergabung dalam Misi Perdamaian PBB UNIFIL dan 213 lainnya adalah WNI sipil.
Sejauh ini dilaporkan satu WNI berinisial NNE menjadi korban dengan menderita luka ringan dan sudah mendapatkan perawatan.
Saat ini yang bersangkutan sudah kembali ke rumah. Kontingen Garuda yang tergabung dalam Misi Perdamaian PBB United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) turut membantu evakuasi korban ledakan.
Baca: Ledakan Beirut: Protes Anti-Pemerintah Meletus hingga 2 Pejabat Mengundurkan Diri Pasca Tragedi
"Ya kepada WNI yang memiliki keluarga di tanah air saya informasikan bahwa semuanya selamat aman dan selalu dalam koordinasi KBRI," tutur Hajriyanto.
Berikut petikan wawancara Tribun Network bersama Duta Besar RI untuk Lebanon Hajriyanto Y Thohari:
Kronologi awal ledakan dan kondisi Kota Beirut saat ini?
Kondisi Beirut saat ini sudah relatif tenang dan tidak terjadi kepanikan-kepanikan seperti kemarin sore sampai malam. Karena ledakan tersebut terjadi sekitar pukul 18.02 waktu Beirut.
Itu masih siang, masih terang benderang karena Maghrib itu pukul 19.40 baru Maghrib. Peristiwa tersebut didahului suatu guncangan hebat seperti gempa bumi.
Beberapa saat terjadi guncangan dan disusul ledakan yang sangat keras. Sampai ke KBRI yang jaraknya itu 7,5 kilometer dari episentrum ledakan itu.