TRIBUNNEWS.COM, MINKS – Belarusia akan menggelar latihan militer besar-besaran di perbatasan negara itu dengan Polandia.
Latihan akan fokus pada sistem pertahanan udara, di tengah aksi protes oposisi atas hasil Pilpres Belarusia yang memenagkan Alexander Lukhasenko.
Menurut siaran pers Kementerian Pertahanan Belarusia, latihan, yang juga akan melibatkan pasukan artileri dan rudal, akan berlangsung di wilayah barat Grodno dari 17 hingga 20 Agustus 2020.
Lokasi latihan di dekat kota Astravyets, tidak jauh dari pembangkit listrik tenaga nuklir baru negara itu, yang sedang dibangun bekerja sama dengan Rusia.
Polandia telah meningkatkan kehadiran pasukan AS, pindahan dari Jerman. Militer AS ditempatkan di perbatasan Polandia dengan wilayah eks Soviet.
Masih menurut Kemenhan Belarusia, dikutip Russia Today dan Al Jazeera, tiga resimen pertahanan udara telah dikirim ke wilayah setempat.
Unit tersebut sudah menjaga wilayah udara perbatasan nasional Belarusia sejak lama. Pasukan lintas udara dan unit tank juga akan mengambil bagian dalam latihan tersebut.
“Kami tidak bisa hanya mengamati dengan tenang apa yang terjadi di wilayah ini. Militer kami juga mengkhawatirkan masalah ini, "kata Lukashenko akhir pekan lalu.
NATO menepis kekhawatiran Lukashenko tentang penumpukan militer di dekat perbatasan. Seorang juru bicara NATO mengatakan kehadiran pasukan multinasional di wilayah tersebut bukan ancaman.
Pasukan sekutu NATO disebutnya sangat defensif, proporsional, dan dirancang untuk mencegah konflik. dan menjaga perdamaian.
Aksi unjuk rasa di Belarusia telah berlangsung seminggu. Sejumlah orang meninggal sepanjang bentrok antara demonstran dan aparat keamanan.
Lawan Lukhashenko di Pilpres, pemimpin oposisi Svetlana Tikhanovskaya telah meninggalkan Minks. Ia sekarang di Vilnius, ibukota Lithuania.
Kelompok oposisi menuntut pembatalan hasil Pemilu, dan meminta pemungutan suara ulang. Tuntutan oposisi ini didukung sejumlah negara barat.
Menghadapi penolakan dan ancaman perpecahan ini, Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan Presiden Rusia, Vladimir Putin, setuju membantu Belarusia memastikan keamanan negara.
Sabtu malam Lukhasenko menghubugi Putin, dan selama beberapa jam berdiskusi membicarakan perkembangan terkini di Belarusia.
"Untuk membicarakan elemen militer, kami memiliki kesepakatan dengan Rusia sebagai bagian dari negara persatuan dan Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO). Situasi seperti itu termasuk dalam perjanjian itu," kata Lukashenko kepada para kepala pertahanan menurut kantor berita negara Belta.
"Saya melakukan percakapan yang panjang dan penting hari ini dengan presiden Rusia ... Kami setuju pada permintaan pertama kami, bantuan komprehensif akan diberikan untuk memastikan keamanan Belarusia."
Belarusia dan Rusia telah membentuk "negara persatuan" yang menghubungkan ekonomi dan militer mereka, sedangkan CSTO adalah aliansi militer antara enam negara bekas Soviet.
Para pengunjuk rasa menuntut agar Lukashenko mundur, dengan mengatakan hasil resmi pemilihan presiden 9 Agustus yang memberinya masa jabatan keenam adalah penipuan.
Pada Sabtu, ribuan pengunjuk rasa berkumpul di Minsk, lokasi seorang pengunjuk rasa meninggal akibat kekerasan di tengah aksi massa.
Beberapa menanggalkan kemeja mereka untuk menunjukkan memar dalam yang mereka katakan berasal dari pemukulan oleh polisi.
Sekitar 7.000 orang demonstrasi telah ditahan. Sebagian besar telah dibebaskan kembali tanpa tuduhan apa-apa.(Tribunnews.com/RussiaToday.com/Aljazeera.com/xna)