News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Pemilu AS 2020

Analis: Banyak Pemimpin Gunakan Covid sebagai Kedok Demokrasi, Trump Mungkin yang Pertama Mengakui

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Muhammad Renald Shiftanto
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Presiden AS Donald Trump berbicara kepada pers di Brady Briefing Room Gedung Putih di Washington, DC, pada 5 Agustus 2020. Facebook menghapus unggahan Trump yang menyebut bahwa anak-anak kebal terhadap Covid-19.

TRIBUNNEWS.COM - Sudah lebih dari tujuh bulan sejak Covid-19 menyebar ke seluruh dunia.

Virus yang awalnya ditemukan di Wuhan, Hubei, China itu kini telah merebak hingga lebih dari 200 negara di dunia.

CNN mengklaim, para pemimpin di seluruh dunia tampaknya mengeksplotasi pandemi untuk keuntungan politik dan menggunakannya sebagai kedok demokrasi.

Tak banyak yang mengungkapkan hal tersebut secara terbuka.

Tetapi, CNN membuat pengecualian untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

Baca: Reaksi Trump Setelah Tahu Biden Pilih Senator Kulit Hitam Jadi Pendamping di Pemilu AS 2020

Baca: Bila Jadi Presiden AS, Joe Biden Janji Bawa Amerika Keluar dari Era Kegelapan Trump

PEMILU AS 2020 - Joe Biden-Donald Trump, Pemilu AS 2020 (BBC)

Trump disebut secara terbuka mengakui dia mencoba memblokir dana yang sangat dibutuhkan untuk Layanan Pos AS.

Sebab, Trump ingin membatasi jumlah orang Amerika yang dapat memberikan suara dengan aman pada November 2020 mendatang,

Alasannya?

Dilaporkan CNN, menurut Trump, pemungutan suara melalui pos akan merugikan kampanye dalam pemilihan keduanya.

Dia berulang kali membuat klaim tak berdasar bahwa pemungutan melalui surat suara akan menghasilkan "pemilu paling curang dalam sejarah".

Baca: Billie Eilish Sampaikan Pidato Anti-Trump, Dukung Joe Biden dan Ajak Warga Amerika untuk Mencoblos

Baca: Eks Dirut CIA, FBI, NSA dari Partai Republik Beramai-ramai Kampanyekan Tolak Trump Pilih Joe Biden

Pendapat Para Ahli

Sementara itu, para ahli memberikan komentarnya ketika tahu Trump menolak mengambil langkah-langkah untuk memungkinkan partisipasi warga Amerika dalam pemilihan dan secara terbuka meragukan keabsahan jajak pendapat.

Mereka menyebut Trump merangkul taktik yang digunakan para pemimpin otoriter di negara-negara dengan institusi demokrasi.

"Di satu sisi, dia mengklaim pemungutan suara melalui pos dapat mendelegitimasi pemilihan, sementara secara terbuka dia mengakui telah menentang pendanaan kantor pos untuk menekan pemungutan suara," ungkap Nic Cheeseman, Profesor Demokrasi di Universitan Birmingham.

Baca: Demokrat Resmi Tetapkan Joe Biden Jadi Calon Presiden Amerika Serikat untuk Tumbangkan Donald Trump

Baca: Satpam yang Sempat Viral saat Bertemu Joe Biden di Lift Berikan Pidato Pertama di Konvensi Demokrat

Halaman
123
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini