News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Penganut Bumi Datar Dikarantina Setelah Mencoba Pergi Menemukan 'Ujung Dunia' saat Lockdown

Penulis: Citra Agusta Putri Anastasia
Editor: Garudea Prabawati
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi bumi datar atau flat earth.

TRIBUNNEWS.COM - Pasangan penganut Bumi Datar di Italia baru-baru ini dikarantina setelah berusaha mencari 'ujung dunia' saat negara sedang lockdown.

Pria dan wanita itu berasal dari Venesia.

Keduanya berusaha berlayar ke Lampedusa, sebuah pulau antara Sisilia dan Afrika Utara.

Mereka ingin membuktikan bahwa dunia adalah dua dimensi dan memiliki ujung.

Dilansir Metro, di perjalanan, pasangan tersebut tersesat.

Pulau Sisilia, Italia. (sicily.co.uk)

Salvatore Zichichi, seorang dokter dari kantor kesehatan maritim, Kementerian Kesehatan, membantu mereka.

Dia mengatakan, pasangan tersebut menggunakan kompas untuk membantu mengarahkan jalan.

"Lucunya, mereka mengikuti kompas, instrumen yang bekerja berdasarkan magnet terestrial, sebuah prinsip yang seharusnya mereka tolak sebagai penganut bumi datar," kata Zichichi kepada surat kabar Italia, La Stampa.

Setelah ketahuan kabur saat lockdown, pasangan itu kemudian dibawa ke Italia untuk dikarantina.

Mereka berusaha melarikan diri dan kembali ke perahu mereka, sebelum ditangkap dan dikembalikan ke karantina.

Baca: Mantan PM Italia Berlusconi Dinyatakan Positif Covid-19

Apa yang Dipercaya Penganut Bumi Datar

Berdasarkan keyakinan kaum Bumi Datar, planet Bumi ada pada bidang datar dua dimensi.

Itu memungkinkan manusia untuk berlayar langsung dari ujung dunia ke dalam ruang hampa.

Penganut Bumi Datar juga menganggap gambar dari luar angkasa yang menunjukkan bahwa Bumi berbentuk bulat hanyalah palsu.

Ilustrasi bumi datar. (iflscience.com)

Serangkaian ciri kepribadian tertentu tampaknya mempengaruhi orang untuk percaya pada teori konspirasi.

Itulah argumen Josh Hart, dari Union College di New York.

"Orang-orang ini cenderung lebih curiga, tidak percaya, eksentrik, perlu merasa spesial, dengan kecenderungan menganggap dunia sebagia tempat yang pada dasarnya berbahaya," ujar Hart.

Hart menambahkan, kaum Bumi Datar juga lebih mungkin untuk mendeteksi pola di mana mereka mungkin sebenarnya 'tidak ada'.

"Orang yang enggan mempercayai teori konspirasi cenderung memiliki kualitas yang berlawanan."

Baca: Warganya Nekat Berlibur, Italia Alami Lonjakan Kasus Terparah Sejak Lockdown Dilonggarkan

"Hasil kami dengan jelas menunjukkan bahwa prediktor terkuat dari kepercayaan konspirasi adalah konstelasi karakteristik kepribadian yang secara kolektif disebut sebagai 'schizotypy'," tuturnya.

Diketahui, schizotypy atau gangguan Schizotypal adalah gangguan aneh dalam berpikir.

Orang dengan gangguan kepribadian ini cenderung memiliki pola pikir dan tindakan yang tidak biasa dari orang pada umumnya.(*)

Orang Ini Ingin Buktikan Bumi Datar dan Luncurkan Diri Pakai Roket, Nahasnya Jatuh dan Meninggal

Pendukung teori Bumi Datar, Mike Hughes, meninggal dalam kecelakaan roket, pada Sabtu (22/2/2020).

Ini merupakan kali ketiga percobaan untuk membuktikan bumi datar ala Hughes.

Dilansir Buzz Feed News, pria pemberani ini jatuh dari roket buatannya sendiri.

"Mad" Mike Hughes, mantan sopir limusin ini pernah menyebut dirinya sebagai orang paling berani di dunia.

Sabtu itu, dia berusaha meluncurkan dirinya setinggi 5.000 kaki ke udara menggunakan roket bertenaga uap.

 

Sebuah tangga baja melekat di bawah roket, ini menjadi landasan sekaligus tumpuan untuk memudahkan Hughes masuk ke kokpit roket.

Ketika peluncuran dimulai, badan roket menghantam tangga baja itu.

Tragedi itu, seketika membuat peluncuran ini berubah mejadi bencana yang mengerikan.

"Tragedi itu berhasil merobek kaleng parasut, dimana itu tempat parasut akan dilayangkan," cerita Justin, pers yang saat itu ada di lokasi peluncuran, dilansir NPR.

Daradevil 'Mad' Mike Hughes Meninggal Setelah Luncurkan Roket Tenaga Uap di California (Kolase Tribunnews / Instagram The Rocket Man dan Mike Hughes)

Roket tenaga uap itu, bergoyang di ketinggian dan membentuk gerakan seperti busur besar sebelum jatuh satu menit kemudian.

"Dia naik tinggi ke langit," kata Chapman.

"Aku tidak yakin berapa ketinggiannya. Tapi tujuan roket itu adalah 5.000 kaki."

"Roket itu melengkung lalu menukik ke bawah dengan lurus, mengenai gurun," jelas Chapman.

Lokasi jatuhnya roket, berada sekitar setengah mil dari landasan peluncuran.

Otoritas Kepolisian San Bernardino, mengaku baru dihubungi terkait kejadian nahas ini pada pukul 13.52 waktu setempat.

Pria di telepon mengatakan, ada seorang pria yang meninggal setelah roketnya jatuh di gurun Highway 247, Barstow.

"Kami tidak tahu apa yang terjadi," kata Waldo Stakes, teman dekat Hughes yang terlibat dalam proses peluncuran dan saat itu berada di lokasi.

Sekitar 50 sampai 60 orang hadir pada acara peluncuran roket Hughes ini.

Termasuk diantaranya awak media dari Science Channel.

Mereka mendokumentasikan peluncuran roket ini untuk serial acara 'Homemade Austronauts'.

Sebelumnya, Hughes pernah meluncurkan roket pada Maret 2018 dan juga gagal pada waktu itu.

Beruntung dia tidak mengalami cedera apapun.

Bahkan dia mengatakan pada The Associated Press, dia merasa sakit di punggung namun juga senang karena masih selamat.

Jauh sebelum itu, pada 2014 Hughes juga berusaha meluncurkan roket buatannya yang akan menempuh 1.374 kaki.

Mike Hughes sebelumnya, pernah mendapat rekor dunia Guiness sebagai orang yang bisa melompati sebuah limusin, setinggi 31 meter.

Pada Agustus 2019 lalu, dia mengatakan pada Space.com peluncuran roket ini terinspirasi oleh Presiden Donald Trump.

Dia sangat percaya pada konspirasi bumi datar dan berusaha untuk membuktikannya.

"Saya percaya bumi itu datar," ujar Hughes pada Space.com.

"Bumi datar ini tidak ada hubungannya dengan peluncuran roket uap," tambahnya.

"Aku pemberani!" ujarnya.

Hughes bekerja dengan seorang kontraktor sekaligus rekannya, Waldo Stakes untuk membuat roket ini.

Beberapa kali rencana peluncurannya gagal, lantaran berbagai hal yakni cuaca yang tidak mendukung, perselisihan dengan otoritas setempat, dan tantangan teknis.

 (Tribunnews.com/Citra Agusta Putri Anastasia/Ika Nur Cahyani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini