"Ketika polisi memeriksa kami, mereka memperhatikan botol air, anehnya, padahal kami mengambil banyak barang lain," katanya.
Ketika dimintai komentar, polisi Tomsk tidak mengomentari masalah tersebut dan merujuk CNN ke Direktorat Utama Kementerian Dalam Negeri Rusia, yang belum menanggapi permintaan CNN.
Kremlin sebelumnya mengatakan "tidak melihat alasan" untuk menyalahkan negara Rusia atas serangan itu atau untuk meluncurkan penyelidikan kriminal atas masalah tersebut.
Kementerian Luar Negeri Jerman menolak berkomentar langsung tentang masalah tersebut ketika dihubungi oleh CNN Kamis.
Alburov menambahkan bahwa tim Navalny meminta akses ke rekaman CCTV hotel tetapi mengetahui bahwa itu telah disita oleh polisi.
Botol-botol itu kemudian dibawa ke Jerman dengan pesawat medis yang sama yang digunakan untuk mengevakuasi Navalny dari Omsk, tempat pesawatnya melakukan pendaratan darurat, ke Rumah Sakit Charite Berlin pada 22 Agustus, di mana dia tetap tinggal.
"Dua minggu kemudian, laboratorium Jerman menemukan jejak Novichok di botol dari Tomsk," kata staf Navalny di Instagram, Kamis (17/9/2020).
"Dan kemudian dua laboratorium lagi yang mengambil tes dari Alexey memastikan bahwa Navalny diracuni olehnya [Novichok)," tambahnya.
Baca: Alexei Navalny Diduga Diracun dengan Racun Saraf Novichok, Apa Itu?
Baca: Jerman Ungkap Kritikus Presiden Vladimir Putin, Alexei Navalny Diracuni dengan Agen Saraf Novichok
Awalnya Mengira Navalny Diracun saat Minum Teh di Bandara
Lebih jauh, staf kritikus Kremlin itu awalnya mengira Navalny diracuni setelah minum teh di bandara Tomsk sebelum naik penerbangan pulang ke Moskow.
"Sekarang kami mengerti, ini dilakukan sebelum dia meninggalkan kamarnya untuk pergi ke bandara," kata para stafnya, Kamis.
Organisasi Pelarangan Senjata Kimia (OPCW), yang membantu pihak berwenang Jerman dalam kasus ini mengatakan, pihaknya juga menjalankan tes pada sampel yang dikumpulkan dari Navalny.
Agen Novichok sama-sama mematikan dan sangat tidak biasa sehingga sangat sedikit ilmuwan di luar Rusia yang memiliki pengalaman nyata dalam menanganinya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang peran Moskow dalam insiden tersebut.