Perang 2020 ini menjadi hasil dari kebuntuan Armenia-Azerbaijan untuk wilayah Nagorno Karabakh. Pasukan Azerbaijan telah bergerak maju di Nagorno-Karabakh untuk memulihkan kendali mereka atas daerah tersebut.
Republik Nagorno-Karabakh sebenarnya telah menjadi negara merdeka de facto dengan mayoritas etnis Armenia yang didirikan atas dasar Nagorno-Karabakh Autonomous Oblast dari Republik Sosialis Soviet Azerbaijan sebagai akibat dari Perang Nagorno-Karabakh (Februari 1988 - Mei 1994).
Wilayah ini secara de facto dikuasai Armenia, sedangkan Azerbaijan masih berupaya memulihkan kendali atas wilayah tersebut.
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev mengaku telah kehabisan kesabaran atas kebuntuan perundingan dengan Armenia.
“Kita harus memulihkan keadilan historis. Kami harus melakukan ini untuk memulihkan keutuhan wilayah Azerbaijan, ”kata Aliyev pada pertemuan Dewan Keamanan.
“Saya telah berulang kali mengatakan kami tidak akan pernah mengizinkan pembentukan negara kedua yang disebut "negara Armenia" di tanah Azerbaijan. Kami tidak akan pernah mengizinkan ini, dan acara hari ini menunjukkannya lagi," tambah Aliyev.
NATO dan AS meminta masing-masing pihak menghindari eskalasi dan kembali ke rezim gencatan senjata.
Karena alasan itu, kepemimpinan Armenia terpaksa meminta bantuan di Rusia, yang selama bertahun-tahun menjadi penjamin kedaulatan Armenia.
Pashinyan menelepon Presiden Vladimir Putin untuk membahas situasi di wilayah Nagorno-Karabakh. Namun, kecil kemungkinannya Rusia menggunakan tindakan militer aktif untuk mengakhiri gerak maju pasukan Azerbaijan.
Tapi jika pasukan Azerbaijan atau Azerbaijan-Turki memasuki Armenia, Rusia akan campur tangan dalam konflik tersebut untuk menyelamatkan keutuhan negara Armenia.
Muncul pertanyaan sekarang, mengapa Rusia memilih jalan tidak mencampuri krisis di Nagorno-Karabakh?
Lima Skenario Konflik Militer Nagorno-Karabakh
Jawabannya, kemungkinan pertama kepemimpinan Rusia telah menarik pelajaran dari kesalahan yang dibuat selama tindakan sebelumnya di negara bagian pasca-Uni Soviet, misalnya dari kegagalan mereka di Ukraina atau kegagalan parsial mereka di Georgia.
Jadi, non-intervensi Rusia juga bisa dikaitkan dengan kepedulian terhadap citra publiknya. Sudut pandang lain, strategi Rusia didasarkan pada pendekatan politik riil.