Sistem Demokrasi Unik di Swiss
Sistem demokrasi di Swiss memperkenankan para pemilih menggunakan haknya, setahun empat kali, sehingga memungkinkan masyarakat mengumpulkan tanda tangan terhadap 'kebijakan populer' yang ingin diberlakukan.
"Pada dua kesempatan di masa lalu, inisiatif untuk menetapkan upah minimum wajib di Jenewa telah diserahkan kepada penduduk dan ditolak," kata Poggia, yang bertanggung jawab atas Departemen Keamanan, Tenaga Kerja dan Kesehatan untuk wilayah Jenewa.
Dua pemungutan suara sebelumnya dilakukan pada tahun 2011 dan 2014, dimana salah satunya memperkenalkan referendum nasional mengenai upah minimum per jam 22 Franc Swiss sekira Rp 355 ribu.
Namun ada 76 persen pemilih yang menentang hal tersebut.
"Pada 27 September, pemungutan suara baru terkait masalah ini akhirnya diterima, dengan gaji 23 Franc Swiss per jam, atau sedikit lebih banyak dari 4.000 (Rp 64,5 juta) Franc Swiss per bulan untuk aktivitas 41 jam per minggu," tambah Poggia.
Baca: Viral di Medsos, Kota di Swiss Dihujani Bubuk Cokelat
Baca: Tawarkan Pemandangan Luar Biasa Indah, Hotel di Swiss Ini Dibuat Tanpa Dinding dan Atap
Sehingga kini perkiraannya gaji di Jenewa per bulannya mencapai USD 4.347 atau sekira 65 juta.
Upah minimum Swiss yang baru yakni USD 25 per-jam akan nampak mengejutkan bagi AS.
Lantaran di AS, upah minimum federal adalah USD 7,25 per jam sekira Rp 108 ribu.
Jenewa adalah kota termahal ke-10 di dunia menurut Survei Biaya Hidup Seluruh Dunia 2020 dari The Economist Intelligence Unit.
Swiss memang menjadi salah satu negara terkaya di dunia.
Kendati demikian, kondisi ekonomi negara ini tetap tidak bisa mengelak dari dampak pandemi corona.
Secara keseluruhan, kelompok ahli ekonomi pemerintah Swiss memperkirakan PDB Swiss yang telah disesuaikan turun -6,2% pada tahun 2020, dan pengangguran rata-rata menjadi sekitar 3,8%, kemerosotan ekonomi terendah sejak 1975.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)