TRIBUNNEWS.COM - Alexei Navalny mengatakan, dia yakin intelijen Rusia meracuninya dengan racun saraf Novichok.
Mengutip Al Jazeera, karena, kata Navalny, pihak berwenang menilai dirinya sebagai ancaman menjelang pemilihan parlemen tahun depan.
"Mereka merasa ada masalah besar yang mengancam mereka menjelang pemilihan Duma Negara," kata Navalny dalam wawancara dengan blogger Rusia yang diunggah ke kanal YouTube.
Wawancara tersebut merupakan penampilan pertama Navalny pasca keluar dari rumah sakit di Berlin.
Baca: Jerman: Uni Eropa Harus Berikan Sanksi kepada Rusia atas Keracunan Alexei Navalny
Baca: Tokoh Oposisi Rusia Alexei Navalny Yakin Vladimir Putin Perintahkan Badan Intelijen Meracuninya
Sebelumnya, kritikus Vladimir Putin itu koma sekira tiga minggu, setelah pingsan dalam penerbangan domestik dari Siberia menuju Moskow pada 20 Agustus 2020.
Da kemudian diterbangkan ke Jerman untuk menjalani perawatan.
Pada 2 September 2020, laboratorium di Jerman mengonfirmasi ada penggunaan Novichok.
Secara terpisah, dua laboratorium lain, Prancis dan Swedia juga mengonfirmasi temuan Novichok pada 14 September 2020.
Jerman, Prancis, dan negara-negara Barat lainnya telah menuntut penjelasan dari Kremlin untuk penyakit Navalny.
Baca: Rusia Nyatakan Miliki Bukti Alexei Navalny Kerjasama dengan CIA
Baca: Setelah Diracuni Novichok, Alexei Navalny Hadapi Masalah: Rekening Bank Dibekukan & Apartemen Disita
Tetapi Kremlin telah menolak saran bahwa Putin atau pihak berwenang Rusia bertanggung jawab atas kondisi Navalny.
Navalny mengatakan dia tidak tahu bagaimana agen saraf Novichok masuk ke dalam tubuhnya.
Tetapi itu bisa saja ada di permukaan (benda) yang dia sentuh.
Dia mengatakan pemulihannya bisa memakan waktu dua bulan lagi, mengulurkan tangannya pada satu titik dalam wawancara untuk menunjukkannya gemetar.
Baca: Kritikus Vladimir Putin, Alexei Navalny Keluar dari Rumah Sakit Berlin
Awalnya Ada Dugaan Teh yang Diminum Navalny sebagai Sumber Keracunan