TRIBUNNEWS.COM, DOHA – Perang di wilayah Nagorno-Karabakh, antara Armenia dan Azerbaijan, mempertontonkan perkembangan baru pertempuran era modern.
Pesawat nirawak (drone) tempur mengambil peran menentukan. Azerbaijan, atas dukungan peralatan tempur dari Turki dan Israel, memperlihatkan keunggulan signifikan di pertempuran ini.
Sebaliknya, Armenia masih menggunakan persenjataan tempur konvensional, meski telah membangun angkatan bersenjata mereka selama satu dekade terakhir.
Ulasan politik militer terkait peperangan Armenia vs Azerbaijan di Nagorno Karabakh ini ditulis Alex Gatopoulos dari Aljazeera.com, Minggu (11/10/2020).
Baca: Armenia-Azerbaijan Bertemu di Moskow, Kesepakatan Gencatan Senjata Segera Dicapai
Baca: Dua Tokoh Populer Armenia Tewas di Tengah Perang Nagorno-Karabakh
Armenia dan Azerbaijan terlibat perang berdarah yang berakhir pada 1994. Puluhan ribu orang tewas dan ratusan ribu lainnya mengungsi di kedua sisi.
Pasukan Azerbaijan mengalami kerusakan berat, dan Armenia sukses menguasai beberapa wilayah, termasuk wilayah utama Fuzuli dan Jabrayil di selatan, berbatasan dengan Iran.
Perang Penguasaan Wilayah Nagorno-Karabakh
Sengketa Nagorno-Karabakh muncul setelah Uni Sovoet runtuh. Negara-negara eks Soviet memerdekakan diri, termasuk rakyat Armenia yang ada di enclave Azerbaijan.
Mereka mendirikan Republik Artsakh, yang hingga saat ini belum diakui secara internasional. Realitas, Nagorno-Karabakh dihuni mayoritas etnis Armenia, yang eksistensinya didukung Armenia.
Sebaliknya, Azerbaijan berusaha keras merebut kembali wilayah itu. Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev terang-terangan ingin mengembalikan wilayah ini ke negerinya.
Secara politik dan militer, Azerbaijan dekat dengan Turki dan Israel. Mereka memiliki pakta pertahanan dan bantuan timbal balik dengan Turki.
Sementara Israel pemasok peralatan tempur, utamanya drone tempur, ke Azerbaijan. Israel mendapatkan kemanfaatan minyak dari Azerbaijan.
Jelang pecah perang di Nagorno Karabakh 27 September 2020, Turki mengirimkan jet tempur dan pasukan ke Baku akhir Juli dan awal Agustu.
Sebanyak 11.000 tentara Turki ambil bagian dalam latihan tempur bersama unit-unit militer Azerbaijan. Latihan tersebut dijalankan tepat setelah bentrokan berdarah antara kedua musuh pada awal Juli.