"Sampai saat ini, sulit untuk mengatakan 'jangan pergi' kepada anak-anak dengan menyebutkan tempat tertentu," ungkap seorang kepala sekolah SD di Kota Kobe.
"Pembinaan itu terbatas karena pertimbangan terhadap anak-anak yang terkait dengan preman, namun kali ini dengan dukungan hukum, "ancaman preman dan lokasi kantor, dan lainnya," saya bisa menarik perhatian secara lebih konkret," tambah guru itu.
Banyak warga yang megapresiasi revisi peraturan tersebut, namun tidak ada satupun orang yang menganggap Yamaguchi-gumi Halloween melakukan "kegiatan amal" yang tidak baik.
Seorang pria berusia 80-an setuju dengan revisi peraturan tersebut.
Meskipun demikian dia berkata, "Saya diselamatkan oleh kelompok Yamaguchi mendapatkan persediaan makanan dan obat-obatan selama Gempa Bumi Besar Hanshin 17 Januari 1995.
Dalam beberapa tahun terakhir, ada masalah dari kelompok setengah abu-abu, yang memiliki kontak dengan gangster tetapi tidak tercakup dalam undang-undang tindakan pencegahan gangster.
Seorang petugas polisi prefektur berkata, "Tantangannya adalah bagaimana mencegah orang muda menempuh jalan yang setengah abu-abu. Anak-anak seharusnya tidak merindukan gangster."
Peraturan yang telah direvisi digunakan sebagai senjata untuk lebih memperkuat tindakan keras.
Namun kembali keputusan kepada anggota masyarakat sendiri terutama kalangan muda di Jepang yang masih banyak menganggap yakuza sebagai kelompok yang "keren" dan tidak sedikit yang masih menyukai yakuza.
Sementara itu telah terbit Buku "Rahasia Ninja di Jepang", pertama di dunia cerita non-fiksi kehidupan Ninja di Jepang dalam bahasa Indonesia, silakan tanyakan ke: info@ninjaindonesia.com