TRIBUNNEWS.COM, SINGAPURA- Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) berupaya menyiapkan sistem pengujian yang akan menggantikan karantina wajib untuk membantu menghidupkan kembali industri penerbangan yang telah terpukul oleh wabah virus corona (Covid-19).
“IATA, yang mewakili sekitar 290 maskapai secara global, bekerja sama dengan Organisasi Penerbangan Sipil Internasional dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk menempatkan sistem pengujian yang dapat diskalakan, terjangkau dan cepat,” ujar Wakil Presiden Regional IATA untuk Asia Pasifik, Conrad Clifford, seperti dilansir The Straits Times, Senin (19/10/2020).
"Kami perlu pengujian, karena kami perlu menggantikan karantina," kata Clifford dalam sebuah wawancara di Bloomberg, pada Senin (19/10/2020).
"Apa yang telah kita lihat sejauh ini adalah jika ada karantina 14 hari, itu sama dengan menutup perbatasan Anda." sambungnya.
Baca juga: Maskapai Penerbangan JetBlue Hadirkan Layanan Tes Covid-19 dari Rumah untuk Calon Penumpangnya
Baca juga: Kasus Virus Corona di Dunia Sudah Lampaui 40 Juta
Clifford mengatakan IATA lebih tertarik melihat ada beberapa pengujian sebelum keberangkatan.
Dan idealnya, jika menemukan tempat-tempat dengan tingkat risiko Covid yang sama, seperti Singapura dan Hong Kong, maka itu perlu untuk dilakukan pengujian lebih lanjut.
Singapura dan Hong Kong sepakat pekan lalu untuk membuka perbatasan mereka satu sama lain untuk pertama kalinya dalam hampir tujuh bulan.
Hal ini membebaskan warga di kedua kota dari karantina wajib untuk membantu mengembalikan hubungan antara dua pusat keuangan utama Asia.
Clifford mengatakan idealnya, tes Covid-19 harus biaya kurang dari 10 dolar AS. (Straits Times/Bloomberg)