Di tengah wawancara, wartawan menyinggung soal isu Pilpres AS. SBY mengatakan, kelompok ini justru mendukung Biden untuk menang dalam Pilpres.
Baca juga: Donald Trump Mengisyaratkan Tak Mau Terima Hasil Pemilu Jika Kalah, Pendukungnya Setuju
"Alasannya, pertama mereka tidak suka dengan kepribadian dan gaya Trump. Yang kedua, apa yang
diharap Indonesia dari Trump yang terkenal sangat egois dan ultra nasionalistik. Dia hanya
mengutamakan Amerika dan tidak peduli dengan negara lain, bangsa lain," ujar SBY.
Atas dua pendapat itu, SBY menyatakan ia menghormati semua pendapat tersebut.
Hal ini karena antara dua pendapat itu, tidak ada yang sepenuhnya benar, tidak ada yang sepenuhnya salah.
SBY mengungkapkan, ketika menjadi Presiden, ia sempat bekerja sama dengan dua Presiden AS, yakni George Bush dan Barack Obama.
Dua presiden itu dari partai yang berbeda. Bush dari Partai Republik, sedangkan Obama dari Partai
Demokrat.
Berdasarkan pengalamannya bekerjasama dengan dua presiden dari partai yang berbeda itu, SBY
mengatakan menyangkut hubungan internasional, tidak ada perbedaan mendasar antara partai
pemerintah maupun oposisi.
Jika ada perbedaan, hal itu tidak banyak dan tidak menyangkut hal yang prinsip.
"Saya harus mengatakan bahwa siapapun presidennya, agenda kerja sama bilateral Indonesia AS-
Indonesia tetap luas. Dapat disimpulkan hubungan bilateral Indonesia tidak semata-mata ditentukan dari mana Presiden AS berasal," ungkapnya.
Lebih lanjut, SBY menyatakan Trump ataupun Biden yang menang, Indonesia tetap memiliki peluang
yang sama.
Ia juga menyatakan, Indonesia harus siap dengan siapa pun yang terpilih nantinya. (tribun network/denis/daryono)