TRIBUNNEWS.COM, WINA - Empat orang tewas ditembak simpatisan ISIS di Wina, Austria.
Sebelum melakukan aksinya, pelaku sempat berpose dengan senjata.
Otoritas setempat mengumumkan si pelaku adalah Kujtim Fejzulai, pemuda berusia 20 tahun yang menembaki orang-orang di kawasan pusat Wina.
Fejzulai disebut mempunyai kewarganegaraan Macedonia Utara dan Austria, di mana dia ditembak mati dalam insiden yang berlangsung, Senin (2/11/2020).
Teroris itu sebelumnya dilaporkan terbukti bersalah atas dakwaan teror pada April, di mana si simpatisan ISIS itu mencoba bepergian ke Suriah.
Baca juga: Pelaku Kedua Teror di Wina Austria Ditangkap Tanpa Perlawanan di Kota Linz
Menteri Dalam Negeri Karl Nehammer menyatakan, Fejzulai mengunggah foto di Instagram di mana dia berpose dengan dua senjata sebelum menyerang.
Pemuda itu menyerang dekat sebuah sinagogue pada pukul 20.00 waktu setempat, bersenjatakan senapan otomatis, pistol, dan golok.
Kujtim Fejzulai menyusuri sepanjang jalan mengenakan rompi bom bunuh diri palsu, di mana dia kemudian melakukan penembakan secara acak.
Baca juga: Teror di Austria, Pelaku yang Ditembak Mati Warga Berdarah Austria-Makedonia-Albania
Dilansir Daily Mail Selasa (3/11/2020), dia melukai 22 orang sebelum kemudian "dilumpuhkan", dengan kata lain ditembak mati polisi.
Nehammer menerangkan, setelah penyerangan itu polisi melakukan operasi skala besar dengan total menangkap sekitar 14 orang.
Dari penyelidikan pihak berwajib, diyakini Fejzulai adalah pelaku tunggal serangan itu.
Serta tak didapati ada orang lain yang membantunya.
"Berdasarkan video yang diperiksa dan dievaluasi oleh polisi, pada saat ini tidak menunjukkan bukti adanya pelaku kedua," ujar Nehammer.
Baca juga: Teroris Serang Bangunan Sinagoga di Wina Austria, 7 Orang Tewas, Dilakukan di 6 Titik Berbeda
Fejzulai lahir dan besar di Austria, di mana dia masuk ke dalam 90 anak yang dikenal oleh intelijen karena menjadi radikal dan hendak ke Suriah.
Pada Desember 2019, dia mendapatkan pembebasan lebih awal karena di usianya yang masih 19 tahun, dia dianggap takkan mampu melakukan serangan.
Karena itu seperti diberitakan AFP, Nehammer mengatakan Fejzulai bisa memperdaya program deradikalisasi dan mendapat pembebasan.
"Pelaku ini berhasil menipu sistem hukum, menipu semua orang, demi mendapatkan tiket kebebasannya," jelas Nehammer dalam konferensi pers.
Editor Falter Florian Kenk menulis, polisi mengira pemuda berdarah Albania ini tidak akan berani membuat aksi teror di Austria.
Kanselir Sebastian Kurz mengatakan, serangan yang dilakukan Falter didasarkan oleh kebencian dan merupakan serangan teror.
"Dia benci terhadap nilai fundamental kami, benci kepada cara hidup kami, benci kepada demokrasi kami di mana setiap orang punya hak yang sama," tegasnya.
Kurz kemudian menuturkan pemerintahannya melakukan aksi berkabung tiga hari, dengan bendera bakal dinaikkan setengah tiang hingga Kamis (5/11/2020).
Serangan tersebut terjadi ketika orang-orang tengah menikmati malam terakhir mereka bisa keluar bebas, sebelum Austria memasuki lockdown.
Penulis : Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Simpatisan ISIS yang Bunuh 4 Orang di Wina Berpose dengan Senjata Sebelum Beraksi