Ia juga khawatir tentang kemungkinan dirinya membawa virus dan menularkannya ke istrinya.
Namun, ketika direktur jenderal CDC Taiwan meneleponnya secara langsung, dia setuju untuk berangkat, memahami apa yang dipertaruhkan.
"Langkah pertama bagi kami untuk mengendalikan epidemi yang tidak diketahui ini, hal yang sangat penting adalah mengetahui detail wabah tersebut untuk pertama kalinya," kata Prof Chuang kepada Sky News.
"Dan kedua, saya ingin tahu jalur penularannya. Karena jalur penularan itu sangat penting bagi kami untuk melakukan pencegahan."
Pertanyaan yang paling mendesak bagi Prof Chuang adalah masalah penularan dari manusia ke manusia.
Saat itu, China dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sama-sama mengatakan tidak ada bukti bahwa penyakit itu menular dari manusia ke manusia.
Namun Prof Chuang skeptis akan hal itu.
Dari 13 hingga 15 Januari, kelompoknya, yang juga termasuk ilmuwan dari Hong Kong dan Makau, mengunjungi laboratorium dan rumah sakit.
Di sana ada zona "kotor" dan "bersih", tanda kekhawatiran adanya penularan manusia.
Kemudian, dalam sebuah pertemuan, seorang pejabat China mengakui ada dua cluster keluarga yang berbasis di sekitar pasar seafood Huanan, yang awalnya diduga merupakan asal muasal COVID-19.
Istri seorang pasien telah tertular meskipun dia tidak mengunjungi pasar.
"Jadi itu petunjuk tidak langsung dan sangat penting dari penularan dari manusia ke manusia (H2H)," kata Prof Chuang.
Beberapa pejabat junior berusaha menyangkal adanya penularan dari manusia ke manusia.
"Tapi menurut saya itu berarti pasti ada penularan dari manusia ke manusia."