News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Normalisasi Maroko-Israel dan Kiprah Mossad Menjalankan Operasi Rahasia

Editor: Setya Krisna Sumarga
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Ilustrasi Tim Kidon, spesialis pembunuh yang dibentuk Mossad, dinas rahasia Israel.

Prancis mengizinkan orang Yahudi Maroko untuk datang dan pergi, tapi Raja Mohammad V yang memimpin saat itu membatasi hak orang Yahudi untuk bepergian dan melarang emigrasi mereka ke Israel.

Maroko menyatakan, Zionisme sebagai kejahatan pada 1959. Raja percaya, seperti halnya penguasa Arab lainnya, siapa pun yang pindah ke Israel tidak hanya akan memperkuat negara Yahudi, tetapi mereka dapat bertempur melawan saudara-saudara Arab mereka, termasuk Maroko.

Mossad berusaha menemukan jalan keluar dari kebijakan raja ini. Mereka memobilisasi tim mata-mata Israel, banyak dari mereka Yahudi Maroko, semuanya penutur bahasa Prancis dan Arab.

Tugasnya  satu, menemukan cara-cara mengekstraksi 150.000 orang Yahudi Maroko yang tersisa di kerajaan itu, supaya bisa dipindahkan ke Israel.

Mossad Jalankan Operasi Penyelundupan Manusia

Tim itu disebut Misgeret (Kerangka),  dan bertanggung jawab tidak hanya atas imigrasi ilegal ke Israel tetapi juga mengorganisir unit untuk membela komunitas Yahudi dari ancaman dan gangguan dari mayoritas Muslim Arab yang semakin memusuhi.

Unit pertahanan diri itu dipersenjatai dengan senjata. Shmuel Toledano, seorang agen lama Mossad, ditugaskan untuk operasi tersebut, yang berlangsung selama lima tahun.

Operasi Misgeret mengatur taksi dan truk untuk membawa orang Yahudi keluar dari Maroko. Jika perlu, para agen tersebut membayar suap kepada semua petugas berseragam di sepanjang jalan.

Rute favorit keluar adalah melalui Tangier, yang pada waktu itu merupakan kota internasional, dan dari pelabuhannya menggunakan kapal laut langsung ke Israel.

Belakangan, dua kota di pesisir Maroko yang tetap di bawah kendali Spanyol, Ceuta dan Melilla, juga digunakan sebagai basis untuk proyek tersebut.

Untuk menggunakan pulau-pulau teritorial tersebut, Mossad mendapatkan kerja sama penuh dari penguasa fasis Spanyol, Jenderal Francisco Franco.

Franco, diyakini Mossad, bertindak atas dasar rasa bersalah atas hubungannya dengan Hitler (termasuk menyerahkan daftar terperinci orang-orang Yahudi Spanyol), dan bahkan, beberapa orang berpikir, pengusiran orang Yahudi oleh Spanyol pada 1492.

Mossad membeli bekas kamp tentara yang terletak di koloni Inggris di Gibraltar, di pantai selatan Spanyol. Lapangan dan barak diubah menjadi fasilitas transfer bagi orang-orang Yahudi yang keluar dari Maroko.

Sebuah tragedi akhirnya mengubah sifat operasi. Pada 10 Januari 1961, sebuah perahu nelayan bernama "Egoz" (Pisces), penuh pengungsi Yahudi Maroko, terbalik dalam badai antara pantai Maroko dan Gibraltar.

Halaman
1234
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini