Miliarder ini juga terlibat dalam pekerjaan amal, dengan Jack Ma Foundation berfokus pada bidang pendidikan, kewirausahaan, kepemimpinan wanita, dan lingkungan.
Foundation telah mendistribusikan atau menjanjikan lebih dari US $ 300 juta, Forbes melaporkan. Tweet terakhir Ma adalah pada 10 Oktober tahun lalu.
Kekayaannya menyusut
Jack Ma harus rela kehilangan kekayaannya akibat tekanan pemerintah China.
Mengutip Bloomberg, Rabu (30/12/2020) lalu, Kekayaan bersih Jack Ma telah turun hampir US$ 11 miliar atau setara Rp 155,1 triliun (kurs Rp 14.100) sejak akhir Oktober 2020 karena Otoritas China meningkatkan pengawasan terhadap perusahaan miliknya yang juga menjadi raksasa teknologi di Tiongkok.
Mantan guru bahasa Inggris berusia 56 tahun,yang sering dikaitkan dengan meroketnya sektor internet China, mencapai puncak dengan nilai kekayaan mencapai US$ 61,7 miliar atau setara Rp 869,97 triliun tahun ini dan bersiap untuk mendapatkan kembali gelar orang terkaya di Asia.
Sekarang, dengan kekayaan US$ 50,9 miliar atau setara Rp 717,69 triliun, posisi Jack Ma kini merosot di urutan ke-25 orang terkaya di dunia versi Bloomberg Billionaires Index.
Meskipun salah satu pendiri Alibaba Group Holding Ltd yang kini menjadi perusahaan yang dibidik pemerintah China, Jack Ma bukan satu-satunya yang merasakan tekanan.
Pengawasan pemerintah China yang meningkat memaksa investor memikirkan kembali kepemilikan mereka terhadap saham-saham teknologi China, setelah ledakan permintaan untuk layanan online akibat penguncian karena pandemi Covid-19 tahun ini, telah membuat saham-saham tersebut melonjak.
Dalam beberapa minggu terakhir, raksasa teknologi China telah kehilangan ratusan miliar dolar.
Saham Pony Ma's Tencent Holdings Ltd misalnya telah turun 15% sejak awal November dan raksasa pengiriman makanan Wang Xing Meituan turun hampir seperlima dari puncaknya bulan lalu.
"Ada gelombang sinyal serupa yang menunjukkan bahwa raksasa teknologi China tetap berada di radar pihak berwenang," kata Bruce Pang, kepala penelitian makro dan strategi di China Renaissance Securities Hong Kong.
"Draf pedoman anti-monopoli dan tinjauan antitrust hanyalah dua dari sinyal itu," lanjutnya.
Sumber: Kontan.co.id/Kompas.com