TRIBUNNEWS.COM, FORT DRUM – Wakil Presiden AS Mike Pence memuji pemerintahan Presiden Donald Trump, yang selama berkuasa tidak menyeret militer AS ke medan tempur baru.
Pujian disampaikan Pence saat mengunjungi Fort Drum, New York, Minggu (18/1/2021) waktu setempat. Fort Drum adalah markas Divisi Gunung 10 Angkatan Darat AS yang terkenal.
Pence membandingkan pemerintahan AS sebelumnya (era Presiden Obama), yang mengerahkan militer ke beberapa wilayah dunia selama delapan tahun.
Pemerintahan Trump memilih secara bertahap mengurangi kehadiran militer AS di seluruh dunia. Trump juga berjanji untuk mengakhiri perang tak berkesudahan melibatkan AS di beberapa tempat.
“Saya bangga melaporkan dengan hanya beberapa hari tersisa di pemerintahan kita. Pemerintahan kita adalah yang pertama dalam beberapa dekade yang tidak membawa Amerika ke dalam perang baru. Itulah kedamaian melalui kekuatan,” kata Pence.
Baca juga: Mike Pence Sapa Kamala Harris dan Staf Gedung Putih, Siap Hadiri Pelantikan Presiden Biden
Baca juga: Jelang Lengser, Presiden Trump Akan Keluarkan 100 Keputusan Pengampunan
Baca juga: Popularitas Melania Trump Jeblok saat Donald Trump Tinggalkan Gedung Putih
Pada saat yang sama, Pence memuji upaya Divisi Gunung ke-10, yang telah berulang kali dikerahkan ke Irak dan Afghanistan dari Fort Drum.
Dia berargumen jika bukan karena upaya mereka selama 19 tahun terakhir, AS dapat menghadapi serangan teroris besar-besaran di wilayahnya.
“Dari benteng ini, patriot tanpa pamrih seperti Anda telah berada di jantung perang melawan teror sejak awal. Karena Anda kami mencapai ulang tahun ke-19 dari hari yang mengerikan itu karena tidak ada serangan teroris besar-besaran di tanah Amerika sejak itu,” imbuh Pence.
Pidato Pence, yang kabarnya mungkin menjadi yang terakhir dalam kapasitasnya sebagai Wakil Presiden AS, muncul menjelang pelantikan Joe Biden pada 20 Januari.
Presiden terpilih menjabat sebagai wakil presiden di pemerintahan Barack Obama, yang membuat AS terlibat dalam setidaknya tujuh kampanye global dan operasi militer di seluruh dunia.
Selama dua masa jabatan Obama, Washington mengerahkan pasukan untuk operasi di Samudra Hindia, Libya, Suriah, Uganda, Yaman, dan Irak.
Berbeda dengan pendahulunya, Presiden Donald Trump berfokus pada pengurangan kehadiran militer AS di seluruh dunia.
Ia menarik sebagian pasukan tidak hanya dari Timur Tengah, tetapi juga dari beberapa sekutu Eropa-nya.
Tapi pada saat yang sama, Trump gagal memenuhi janji pemilihannya untuk sepenuhnya menarik negara keluar dari "perang tanpa akhir" selama masa jabatannya.