Dengan opsi lain adalah membentuk "faksi" di dalam Partai Republik.
Menanggapi hal ini, jubir Trump mengatakan kepada Reuters bahwa tidak ada Republikan dalam rapat itu.
"Para pecundang ini meninggalkan Partai Republik ketika mereka memilih Joe Biden," katanya.
Hampir dua pertiga atau sekitar 64% pemilih Partai Republik dalam jajak pendapat Hill-HarrisX bulan lalu memilih akan bergabung dengan partai politik baru yang dipimpin Trump.
Adanya rapat tentang pihak ketiga yakni anti-Trump menyoroti keretakan yang tumbuh di antara anggota Partai Republik.
Donald Trump kerap menjadi sosok yang memecah belah, tetapi ia juga memiliki sosok loyalitas yang hampir tak tergoyahkan.
Tahun lalu, orang-orang Partai Republik ramai menentang mantan presiden Trump dan bersumpah memilih lawannya Joe Biden serta mengutuk responsnya pada isu rasial.
Baca juga: Donald Trump Terancam Tak Bisa Gunakan Twitter untuk Selamanya
Baca juga: POPULER Internasional: Trump Disebut Tak Sesali Insiden Capitol | Unjuk Rasa Myanmar Makin Bertambah
Beberapa minggu yang lalu, ada laporan bahwa Trump sedang mempertimbangkan untuk mendirikan "Partai Patriot".
Partai yang diduga didirikan Trump setelah melihat anggota Partai Republik berbalik melawannya pasca insiden Capitol AS.
Saat ini GOP berusaha membebaskan Trump dari pemakzulan keduanya dan sekutu Trump meyakini partai bentukannya yang baru akan memiliki pijakan lebih kuat.
Mereka mengatakan Trump mungkin berusaha mengkonsolidasikan kekuatan ini, setelah dia sebelumnya berjanji untuk menggulingkan Partai Republik yang tidak setia.
"GOP hilang di lautan kebohongan dan jelas telah menjadi kekuatan yang merusak," kata McMullin.
"Apakah itu faksi yang beroperasi secara independen dari GOP atau partai baru, diperlukan sesuatu yang baru. Status quo tidak bisa dipertahankan," tambahnya.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)