Pemimpin junta milter, Jenderal Min Aung Hlaing pekan lalu mengatakan, pihaknya akan menggunakan kekuatan minimal untuk menangani protes.
Kendati demikian, sedikitnya ada 5 orang demonstran yang tewas dalam aksi unjuk rasa.
Di sisi lain, tentara mengklaim seorang polisi juga tewas dalam salah satu aksi.
Tindakan keras dari aparat menunjukkan tekad militer untuk memaksakan otoritasnya terhadap protes masyarakat.
Bukan hanya di jalanan, tapi juga masuk ke berbagai bidang seperti layanan sipil, pemerintah kota, peradilan, sektor pendidikan dan kesehatan, serta media.
Gambar yang beredar di media sosial menunjukkan beberapa orang yang dipapah di Kota Yangon.
Di sekitarnya nampak trotoar yang berlumuran darah karena polisi melepaskan tembakan.
Polisi juga melemparkan granat kejut, menggunakan gas air mata dan menembak ke udara, kata saksi mata.
Baca juga: Dipecat Junta Militer, Duta Besar Myanmar untuk PBB Berjanji akan Melawan Kudeta
Baca juga: Massa Junta Militer Myanmar Mengamuk, Serang Demonstran Anti-Kudeta di Yangon
Meski demikian, ratusan pengunjuk rasa menolak untuk mundur menjelang sore.
Beberapa dari mereka berbaris, kemudian berkumpul untuk menyanyi dan mendirikan barikade.
"Jika mereka mendorong kami, kami akan bangkit. Jika mereka menyerang kami, kami akan bertahan. Kami tidak akan pernah berlutut untuk sepatu bot militer," kata Nyan Win Shein, salah satu demonstran di Yangon.
Salah satu korban granat kejut, yakni Tin New Yee yang tewas diduga karena serangan jantung, kata putri dan rekannya.
Kelompok yang disebut Aliansi Medis Whitecoat mengatakan lebih dari 50 staf medis telah ditangkap.
Televisi MRTV yang dikelola pemerintah mengatakan lebih dari 470 orang ditangkap pada Sabtu, setelah polisi melancarkan tindakan keras nasional.
Tidak jelas berapa banyak yang ditahan pada Minggu ini.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)