Di daerah ledakan, atap besi merobek rumah-rumah yang setengah hancur dan tergeletak di tengah puing-puing.
Hanya satu atau dua dinding yang tersisa dari kebanyakan rumah.
Orang-orang berlarian ke segala arah, banyak dari mereka berteriak.
"Kami mendengar ledakan dan kami melihat asap, tapi kami tidak tahu apa yang terjadi," kata seorang penduduk lokal bernama Teodoro Nguema kepada kantor berita AFP melalui telepon.
Baca juga: Apa Itu Varian Baru Covid-19 yang Muncul di Inggris, Afrika Selatan dan Brasil? Bagaimana Gejalanya?
Malapetaka
Guinea Ekuatorial adalah negara kecil berpenduduk sekira 1,4 juta jiwa.
Mayoritas penduduk hidup dalam kemiskinan meski pun memiliki cadangan minyak yang kaya.
AFP melaporkan, putra Obiang, Teodoro Nguema Obiang Mangue adalah Wakil Presiden yang bertanggung jawab atas pertahanan dan keamanan, muncul dalam rekaman televisi di tempat kejadian sedang memeriksa kerusakan, ditemani oleh pengawalnya dari Israel.
Teodorin, begitu dia dikenal, saat ini dipandang sebagai penerus yang ditunjuk presiden berusia 78 tahun itu.
Terjemahan: Menyusul ledakan yang terjadi hari ini di kota Bata, warga negara Spanyol disarankan untuk tetap di rumah, kata kedutaan.
Baca juga: Masih di Bawah Umur, Polisi Tak Menahan Para Pelaku Pengeroyokan di Jalan Asia Afrika Bandung
Setelah ledakan tersebut, Kedutaan Besar Spanyol di Ibu Kota, Malabo, meminta warganya untuk tetap tinggal di rumah.
"Menyusul perkembangan di Guinea Ekuatorial dengan keprihatinan pasca ledakan di kota Bata," kata Menteri Luar Negeri Spanyol Arancha Gonzalez Laya di Twitter.
Secara terpisah, Duta Besar Prancis di Guinea Ekuatorial, Brochenin Olivier, menyampaikan "belasungkawa atas bencana yang baru saja terjadi di Bata".
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)