Biak adalah pulau terbesar di antara rantai kepulauan kecil, serta mempunyai banyak atol dan terumbu karang.
Menurut laporan Guardian, selama beberapa dekade pulau ini mengalami usaha pemisahan diri dari Indonesia.
Pantai timur Biak menghadap samudra Pasifik dan lokasinya, satu derajat di bawah ekuator.
Posisinya ideal untuk meluncurkan satelit orbit rendah untuk komunikasi, dengan lebih sedikit bahan bakar yang dibutuhkan untuk mencapai orbit.
Lokasinya yang dekat dengan cagar alam juga menjadikannya kandidat utama untuk lokasi peluncuran.
Baca juga: Tesla Pilih Investasi di India, Luhut: Kita Tidak Pernah Bicara Pabrik Mobil
Baca juga: Gempa Magnitudo 5,8 Guncang Kepulauan Mentawai Sumatra Barat
Elon Musk berencana meluncurkan 12.000 satelit pada 2026 untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi yang murah melalui layanan internet Starlink.
Papua Barat memiliki sumber daya alam berupa tembaga dan nikel yang sangat dibutuhkan roket serta bahan utama kendaraan listrik Tesla.
Pada Juli lalu, Elon Musk menawarkan kontrak jangka panjang "jika Anda menambang nikel secara efisien dan dengan cara yang sensitif terhadap lingkungan".
Tetapi orang Papua dan pakar lingkungan khawatir lokasi peluncuran akan semakin merusak ekosistem pulau yang rapuh.
"Ini adalah pulau kecil," kata Benny Wenda, Ketua Persatuan Gerakan Pembebasan Papua Barat (ULMWP).
"Ini sudah merusak ekosistem dan mengancam kelangsungan hidup masyarakat Biak. Mereka hanya ingin hidup sederhana, tanpa kerusakan yang terjadi ke pulau itu," jelasnya kepada Guardian.
(Tribunnews/Ika Nur Cahyani)