TRIBUNNEWS.COM - Kongres Amerika Serikat (AS) meloloskan Rancangan Undang-Undang (RUU) paket bantuan Covid-19 pemerintah Joe Biden senilai 1,9 triliun dolar Amerika atau Rp 26.000 triliun.
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyetujui rencana bantuan ekonomi besar-besaran 220-211 pada Rabu (10/3/2021), tanpa suara Partai Republik yang mendukung.
Sudah melewati Senat, paket bantuan sekarang menuju ke meja Biden untuk ditandatangani menjadi undang-undang.
Mengutip BBC, RUU bantuan Covid-19 keenam ini adalah kemenangan legislatif utama bagi Biden.
Baca juga: Kirim Sinyal ke China, Biden akan Bertemu Virtual dengan Pemimpin Jepang, India dan Australia
Baca juga: PM Jepang Yoshihide Suga Diundang Joe Biden ke AS April 2021
RUU itu disahkan dengan semua suara, kecuali satu suara dari Demokrat di DPR yang mendukung.
Paket bantuan tersebut diperuntukan untuk mengurangi tekanan warga AS yang menghadapi dampak pandemi Covid-19.
Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Presiden akan menandatangani RUU itu menjadi undang-undang pada Jumat (12/3/2021).
"RUU itu adalah tentang memberikan tulang punggung bangsa ini, para pekerja penting, orang-orang yang bekerja yang membangun negara ini, orang-orang yang menjaga negara ini terus berjalan, kesempatan berjuang," kata Biden.
Dia kemudian berjanji untuk membagikan kelebihan vaksin Covid-19 secara global setelah memastikan bahwa orang Amerika divaksinasi.
"Jika kami memiliki surplus, kami akan membaginya dengan seluruh dunia," katanya.
Baca juga: Senat AS Sahkan Rencana BLT $ 1,9 Triliun dari Joe Biden setelah Melalui Debat Sepanjang Malam
Apa Isi Paket Bantuan Itu?
Paket bantuan terakhir termasuk pembayaran langsung satu kali senilai $ 1.400 untuk dikirim ke sebagian besar orang Amerika.
Ini memperpanjang pembayaran tunjangan pengangguran mingguan sebesar $ 300 hingga September.
Paket ini juga mengalokasikan $ 350 miliar untuk pemerintah negara bagian dan lokal, sekita $ 130 miliar untuk pembukaan kembali sekolah, $ 49 miliar untuk pengujian dan penelitian Covid-19 yang diperluas, serta $ 14 miliar untuk distribusi vaksin.