TRIBUNNEWS.COM - Olimpiade Tokyo 2020 sempat tertunda karena penyebaran Covid-19 di Jepang.
Penyelenggara Olimpiade Tokyo 2020 menuturkan, anggota tim sepak bola putri Jepang akan menyalakan obor dan memulai estafet obor Olimpade di Pusat Pelatihan Nasional J-Village, Fukushima pada Kamis (25/3/2021).
Pembawa obor akan melakukan perjalanan 120 hari melalui 859 lokasi.
Dilansir The Guardian, acara puncak akan digelar pada 23 Juli 2021 di Stadion Olimpiade.
Ketua panitia penyelenggara Olimpiade, Seiko Hashimoto, mengatakan, dimulainya estafet nyala api Olimpiade merupakan tanda harapan bagi Jepang.
Baca juga: Besok Obor Olimpiade Mulai Diestafetkan ke Seluruh Tempat di Jepang
Baca juga: Estafet Obor Olimpiade Tokyo Dilepas Panitia Tanpa Kehadiran PM Jepang
"Selama setahun terakhir, seluruh dunia mengalami masa silit," katanya.
"Api Olimpiade tetap menyala dengan tenang dan kuat," tambahnya pada upacara pembukaan yang dihadiri sejumlah kecil pejabat.
"Nyala api kecil (menunjukkan) harapan yang tak hilang dan seperti kuncup bunga sakura yang siap mekar, ia menunggu hari ini," paparnya.
Estafet obor Olimpiade Tokyo 2020 ini memiliki sedikit kemiripan dengan acara setiap gelaran olahraga ini berlangsung.
Olimpiade pertama kali digelar di Berlin pada 1936.
Baca juga: PM Jepang Yoshihide Suga Tidak akan Hadir Saat Upacara Dimulainya Estafet Obor Olimpiade Tokyo
Kerumunan Penonton DIlarang Bersorak
Para pembawa obor, dimulai dengan Azusa Iwashimizu, bagian dari tim Jepang yang memenangkan piala dunia wanita pada 2011.
Iwashimizu berlari melalui jalan yang jarang penduduknya di Naraha, salah satu dari beberapa komunitas yang dievakuasi setelah kehancuran di pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi.
Kerumunan penonton diimbau untuk mengenakan masker, menjaga jarak dan menahan diri untuk tidak bersorak atau berteriak.
Para pelari yang masing-masing akan membawa obor bermotif bunga sakura dengan jarak sekitar 200 meter.
Sebagai bentuk patuh protokol kesehatan, mereka harus mencatat kondisi kesehatannya dan diminta untuk tidak makan bersama orang lain.
Pengaturan sederhana akan tetap berlaku selama empat bulan ke depan, ketika sekitar 10.000 pelari akan membawa obor di 47 prefektur Jepang.
Baca juga: Soal Insiden All England 2021, Greysia Polii: Ini Tempaan Agar Kami Berprestasi di Olimpiade 2021
Bencana Nuklir Fukushima
Fukushima telah dipilih sebagai titik awal untuk menggarisbawahi peran Olimpiade dalam menyoroti lambatnya pemulihan pantai timur laut dari gempa bumi dan tsunami Maret 2011.
Bencana tersebut menewaskan lebih dari 18.000 orang dan menyebabkan bencana nuklir.
Hashimoto mengatakan, dia berharap estafet ini akan menginspirasi orang-orang di Fukushima yang "masih berjuang untuk mendapatkan hidup mereka kembali normal".
Persiapan untuk estafet dibuat frustrasi oleh pertengkaran seksisme yang memaksa pengunduran diri Ketua Panitia, Yoshiro Mori dan Direktur Kreatif Upacara Pembukaan dan Penutupan, Hiroshi Sasaki .
Beberapa selebriti dan bintang olahraga Jepang telah menarik diri dari estafet dalam beberapa pekan terakhir.
Banyak yang mengutip "masalah penjadwalan".
Baca juga: Jelang Olimpiade, Warga Asing Masuk Jepang Wajib Test PCR 3 Kali dan Karantina 2 Minggu
Absennya PM Jepang
Sementara Perdana Menteri, Yoshihide Suga, mengatakan pekan ini bahwa dia tidak akan dapat hadir karena urusan parlemen yang mendesak.
Menjelang estafet, Homare Sawa, yang memimpin tim sepak bola wanita Jepang meraih kemenangan piala dunia hanya empat bulan setelah bencana tripel 2011, mengatakan bahwa dia mengundurkan diri, dengan alasan kesehatan.
Figure skater dan peraih medali Olimpiade Shoma Uno, serta dua aktor terkenal juga turut mengundurkan diri.
Suga mengatakan kepada wartawan bahwa pemerintah bekerja sama dengan otoritas metropolitan Tokyo dan Komite Olimpiade Internasional (IOC) untuk menjadi tuan rumah Olimpiade yang aman.
"Kami akan melakukan yang terbaik dalam hal tindakan virus korona dan terus bekerja dengan daerah terkait untuk menahan penyebaran infeksi dan berharap untuk bekerja menuju Olimpiade yang aman dan terjamin," katanya.
Meski mengalami banyak kemunduran, penyelenggara tetap berharap kehadiran obor di Jepang, setahun setelah tiba dari Olympia akan membangkitkan antusiasme di negara tuan rumah.
Baca juga: Panitia Olimpiade Menerima dengan Terbuka Para Sukarelawan Asing dan Sponsor dari Luar Jepang
Khawatir Gelombang Keempat Virus Corona
Menurut jajak pendapat baru-baru ini, sebagian besar orang Jepang ingin Olimpiade ditunda lagi atau dibatalkan karena khawatir akan memicu gelombang baru infeksi Covid-19.
"Kami sangat menyadari bahwa masih ada orang-orang yang memiliki kekhawatiran seputar Olimpiade Tokyo," kata Kepala Eksekutif Tokyo 2020, Toshiro Muto.
Jepang bernasib lebih baik daripada kebanyakan negara selama pandemi, dengan kurang dari 9.000 kematian akibat virus corona.
Namun, gelombang infeksi ketiga awal tahun ini mendorong angka tersebut ke rekor tertinggi, memicu keadaan darurat di Tokyo dan daerah lain yang dicabut minggu ini.
Para ahli telah memperingatkan bahwa negara itu mungkin berada di ambang gelombang keempat virus corona.
Upacara pembukaan Olimpiade awalnya direncanakan untuk ribuan penggemar sebagai perayaan pemulihan Jepang dari bencana 2011, ditutup untuk umum.
Sekelompok kecil pejabat Olimpiade dan lokal dihibur oleh pemain drum taiko dan paduan suara anak-anak.
Ketika beberapa anggota tim sepak bola wanita Jepang berlari ke jalan, diberi tepuk tangan oleh anak-anak sekolah setempat.
Beberapa saat sebelum obor meninggalkan tempat tersebut, para peserta diminta untuk mengenakan masker dan bertepuk tangan daripada bersorak,
Baca juga: Kasus Penghinaan Terhadap Wanita, Pejabat Olimpiade Jepang Mengundurkan Diri
Estafet Obor Olimpiade Dapat Dihentikan, Jika...
Pejabat Olimpiade mengatakan bahwa estafet dapat dihentikan jika kerumunan besar terbentuk di sepanjang rute.
Hiromi Kawamura, yang mengawasi estafet, berkata: "Kami meminta orang untuk tidak berdiri bahu-membahu. Jika benar-benar ramai".
"Jika kami merasa situasinya berbahaya, kami akan menangguhkan estafet. Lalu kita akan memulainya lagi setelah kita membuat area itu aman," tambahnya.
Api Olimpiade dinyalakan di Yunani pada 12 Maret tahun lalu dalam sebuah upacara yang diadakan tanpa penonton.
Pada 24 Maret 2020, hanya dua hari sebelum estafet dimulai, Perdana Menteri Jepang saat itu, Shinzo Abe dan Kepala IOC Thomas Bach setuju untuk menunda Olimpiade satu tahun.
Berita lain terkait Olimpiade Tokyo 2020
(Tribunnews.com/Andari Wulan Nugrahani)