Direktur HRW Asia Brad Adams mengatakan, penangkapan sewenang-wenang dan penghilangan secara paksa tampaknya adalah sebuah taktik junta.
Junta merancang taktik tersebut untuk menimbulkan ketakutan di hati para demonstran yang menentang penggulingan Aung San Suu Kyi oleh mereka.
"Penggunaan penangkapan sewenang-wenang dan penghilangan paksa oleh junta militer secara luas tampaknya dirancang untuk menimbulkan ketakutan di hati para pengunjuk rasa antikudeta," kata Brad Adams.
Lebih lanjut, selain melakukan pembunuhan dan penghilangan, pasukan keamanan juga telah menahan sekira 2.700 orang.
Di samping itu, junta telah membatasi komunikasi warga sipil untuk menghentikan penyebaran berita.
Pada Kamis (1/4/2021), junta memerintahkan perusahaan penyedia layanan untuk menutup total akses internet.
"Sebuah arahan dari Kementerian Transportasi dan Komunikasi pada hari Kamis menginstruksikan bahwa semua layanan data broadband nirkabel untuk sementara ditangguhkan hingga pemberitahuan lebih lanjut," tulis penyedia layanan Ooredoo dalam sebuah pernyataan.
Namun demikian, sambungan internet darurat masih berfungsi meski dengan kecepatan yang berkurang secara drastis.
Baca juga: Junta Militer Myanmar Umumkan Gencatan Senjata tapi Tidak untuk Demonstran Anti Kudeta
Berita lain terkait Krisis Myanmar
Berita lain terkait Kudeta Myanmar
(Tribunnews.com/Rica Agustina)